Jalan-jalan ke Malmo Swedia



Keinginan untuk mengunjungi Swedia muncul ketika saya dan beberapa teman yang sedang belajar di Denmark berkeinginan untuk jalan-jalan ke negara lain di kawasan Skandinavia. Kebetulan ketika itu kami mendapat beasiswa dan belajar di kampus CBS di Kopenhagen, Denmark.  Siang itu setelah tidak ada lagi materi pelajaran yang harus diikuti di kampus CBS, saya berempat sepakat untuk mengunjungi salah satu kota di Swedia yang terdekat yakni kota Malmo yang konon terkenal sebagai kota industri dan wisata di Swedia. Malmo berpenduduk sekitar 318.107 jiwa (data tahun 2012) dan merupakan kota internasional karena lokasinya berbatasan dengan Denmark yang hanya terpisahkan oleh selat Oresund.  

Untuk mencapai kota Malmo bisa ditempuh dengan dua alternatif, dengan mobil atau kereta api. Awalnya kami memilih dengan menggunakan mobil sewaan, tapi Karena biayanya cukup mahal, maka niat itu kami batalkan meskipun sudah siap untuk berpatungan. Akhirnya kami berempat sepakat untuk naik kereta api, disamping lebih cepat juga tentu saja lebih murah.  

Perjalanan diawali dengan naik metro atau kereta api bawah tanah dari stasiun Frederiksburg yang terletak disamping mall Frederiksburg menuju ke sebuah stasiun untuk transit kemudian pindah ke kereta yang lain lagi menuju ke Copenhagen Central Station. Dari stasiun yang cukup besar ini kami sempat kebingungan juga, celingak-celinguk, melihat kesana kemari mencari tempat penjualan tiket kereta yang ke Swedia. Salah satu teman kemudian antri menuju ke informasi, tapi sebelum mendapat giliran, salah satu teman yang sudah biasa keliling Amerika memanggil untuk sama-sama ke sebuah mesin penjual tiket. Memang agak kesulitan membaca menunya, maklum saja bahasanya menggunakan Danish Language, tapi pelan-pelan kami baca akhirnya berhasil juga.  

Copenhagen Central Station

Setelah memilih kereta yang diinginkan, jam dan jumlah orang serta tiket pulang pergi, tiket kami ambil dan menuju peron (platform) seperti yang tertera pada tiket. Agar tidak salah kami bertanya ke petugas yang kebetulan ada disitu bahwa kami akan naik kereta yang menuju Swedia. Setelah yakin dengan peronnya, kami lihat ada sebuah kereta berwarna merah dengan pintu yang terbuka lebar. Sebelum naik kami bertanya lagi agar lebih yakin bahwa kami tidak salah kereta.
Setelah yakin itu keretanya, tentu saja kami tidak segera naik cepat-cepat tetapi berfoto terlebih dahulu sebagai dokumentasi dan kenang-kenangan bahwa kami pernah disitu dan naik kereta antar negara di wilayah Skandinavia. Tanpa rasa malu-malu, kami berempat bergantian saling membidikkan kamera, maklum saja kami sementara sedang menjadi turis.

Stasiun kereta api Malmo

Kereta kemudian berangkat menuju Swedia melewati beberapa stasiun termasuk stasiun KA bandara Kopenhagen, kemudian masuk terowongan bawah laut selama beberapa waktu dan muncul kepermukaan disebuah pulau buatan milik Denmark. Dari pulau ini kemudian melalui jembatan Oresund yang cukup terkenal menuju daratan Skandinavia. Secara geografis Kota Kopenhagen yang merupakan ibukota Negara Denmark terletak di sebuah pulau yang terletak di sebelah barat Malmo.  Antara Kopenhagen dengan Malmo dihubungkan dengan sebuah jembatan yang sekaligus juga terowongan bawah laut, jembatan tersebut bernama Oresund yang merupakan jembatan terpanjang di Eropa saat ini.  

Jembatan Oresund ini dibuka pada pertengahan tahun 2000 dengan panjang sekitar 16 kilometer yang terdiri atas terowongan sepanjang 4 kilometer (tepatnya 3,51 km) dan jembatan sepanjang 7,85 kilometer. Jembatan ini memiliki rentang kabel terpanjang di dunia, yaitu 490 meter dan tinggi pilar tertingginya 204 meter. Jembatan Oresund dilengkapi dengan 4 jalur jalan raya dan 2 jalur kereta api, sehingga dimungkinkan setiap harinya ribuan kendaraan menyeberangi jembatan ini. Konon diperkirakan lebih dari 20 juta orang melakukan perjalanan melalui rute ini setiap harinya, baik dengan mobil maupun kereta api.


Sesampainya di Stasiun Malmo di negara Swedia, saya dan teman-teman berjalan keluar stasiun dan tentu saja sambil berfoto ria. Tidak ada petugas imigrasi ataupun petugas bea cukai yang memeriksa para penumpang, semua bebas keluar masuk stasiun. Kebebasan ini diberlakukan karena Swedia termasuk negara “Schengen States” yakni perjanjian yang dibuat oleh sejumlah negara Eropa untuk menghapuskan pengawasan perbatasan di antara mereka. Sehingga perjalanan antar negara ini terasa seperti tidak ada bedanya dengan naik kereta antar provinsi di Indonesia.  

Keluar stasiun saya berjalan menuju halte bus, tidak tahu harus kemana, maklum saja perjalanan ini adalah perjalanan tanpa perencanaan alias dadakan, sehingga terkesan asal-asalan. Namun demikian, karena niatnya adalah mengunjungi Swedia, maka kesan asal-asalan tadi segera sirna. Tujuan kami adalah berkeliling kota dan melihat dari dekat kota Malmo yang terkenal sebagai sebagai kota industri di provinsi Scania. Di luar stasiun, saya melihat ada bus ukuran besar dengan warna hijau dan ada juga yang berwarna kuning terparkir di halte depan stasiun, namun kami tidak bermaksud untuk naik bus, karena tidak tahu kemana tujuan bus ini, akhirnya kami berjalan kaki menjauhi stasiun. 

Kami sepakat menuju pusat kota dengan tujuan utama adalah mencari toko souvenir dan pusat keramaian seperti alun-alun kota yang terletak tidak terlalu jauh dari stasiun. Jalan kaki  berempat menyusuri trotoar, sambil lihat kiri kanan ternyata tidak jauh dari situ kami melihat ada toko penjual souvenir dan toko jeans yang saling bersebelahan. Kami masuk ke toko souvenir dan melihat-lihat aneka cendera mata, tentu saja saya harus memilih barang yang lebih murah dan mudah dibawa, karena harga cendera mata di Swedia relatif lebih mahal dari harga di Denmark, maka tidak banyak yang bisa dibeli. Saya membeli beberapa pajangan meja serta gantungan kunci, ada juga teman yang membeli topi dan ada pula yang membeli pernik-pernik serta hiasan dinding dengan ciri kota Malmo.
Di toko souvenir tersebut, kami bertemu dengan rombongan lain yang berjumlah tiga orang, karena merasa sesama orang melayu, kami bertegur sapa, dan ternyata mereka berasal dari Malaysia. Mereka mengatakan kalau tujuannya ke Malmo hanyalah sekedar untuk berlibur. Tak banyak yang kami bicarakan,  setelah berbelanja souvenir, kami pun berpisah, dan melanjutkan ke tujuan masing-masing. 

City Hall Square

Keluar dari toko, kami berjalan sekitar beberapa puluh meter ternyata sudah sampai di alun-alun kota Malmo (city hall square), alun-alun nya tampak bersih dengan beberapa bunga warna putih dalam pot nampak menghiasi beberapa tempat. Di sekeliling alun-alun saya juga melihat banyak pepohonan, namun masih terlihat gersang hanya batang dan cabang serta rantingnya saja tanpa daun. Daun-daun nya pasti belum tumbuh, maklum saja baru selesai musim dingin dan baru mulai beranjak ke musim semi. 

Malmo city hall

Kami berjalan mengelilingi alun-alun Di alun-alun, melihat sekeliling banyak bangunan tua yang nampaknya masih sangat terawat dengan baik. Disini saya juga melihat beberapa papan petunjuk arah, seperti petunjuk arah Central Stationen, Gustav Adolfs Torg dan arah Triangeln, dan juga beberapa iklan yang terpampang besar sehingga mudah dilihat dan dibaca. Selain itu di bagian tengah alun-alun ini juga terdapat sebuah patung King Karl X Gustav yang sedang menunggang kuda, berdiri megah menghadap ke gedung balaikota. Gedung balaikota (city hall) tersebut dibangun pada tahun 1546 dengan sentuhan renaissance Belanda dan direnovasi pada tahun 1800-an. Sayangnya gedung ini tidak dibuka untuk umum tapi ada akses menuju ruangan-ruangan didalamnya yang terkadang bisa masuk melalui lantai dasar restaurant, yang bernama Radhuskallaren.

Patung King Karl X Gustav


Secara kebetulan saya berjalan menyusuri jalan disebelah kanan gedung balaikota dan saya menjumpai restaurant Radhuskallaren, dan ternyata sedang tutup.  Saya perhatikan sebentar sambil mengeja namanya, sulit rasanya membaca tulisan seperti itu, yang belakangan saya baru tahu bahwa itu adalah pintu restaurant.  Tak lama, saya segera berjalan kembali menyusuri trotoar  hingga ke perempatan jalan yang disalah satu disudutnya terdapat sebuah gereja dengan menara yang cukup tinggi “S:T Petri Kyrka”.  


Dari perempatan gereja, kami terus berjalan mengitari kota sambil melihat-lihat suasana yang menurut orang Jakarta, tentu saja kota ini tergolong sepi dan jauh dari kebisingan kota besar serta kemacetan lalu lintas. Namun demikian, sepintas Malmo nampaknya menjanjikan suasana yang lebih tenang, bersih dan nyaman.  Pemandangan kotanya cukup apik dan tertata rapi, dengan gedung-gedung yang  didominasi oleh bangunan tua.  Keseriusan pemerintah dalam menjaga bangunan tua ini patut diacungi jempol, karena pembangunan gedung-gedung modern tidak menggusur bangunan tua, dan justru diarahkan ke sisi yang lain yang menjadi wilayah pengembangan kota.  

Setelah mengelilingi kota selama beberapa jam, dan kaki pun sudah mulai terasa lelah, kami berempat memutuskan untuk kembali ke stasiun. Hari memang masih terang meski matahari sudah condong, maka sebelum hari gelap, kami segera masuk stasiun dan naik kereta untuk kembali ke kopenhagen. (April 2015)***   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar