Perjalanan ke Baduy Dalam (1)

Beberapa pekan yang lalu saya dan beberapa teman melakukan perjalanan menuju pedalaman Baduy. Bagi saya perjalanan ini merupakan sesuatu yang belum terpikirkan sebelumnya, karena rencana untuk mengunjungi daerah Baduy justru berawal dari usulan seorang teman yang tinggal di Bulungan, Kalimantan Utara. Ide mengunjungi Baduy disampaikan ketika saya berkunjung ke Tanjung Selor ibukota Kabupaten Bulungan sekitar dua bulan sebelumnya.

Perjalanan dari Jakarta dimulai pada pagi hari dengan menumpang mobil milik teman yang tinggal di kawasan Sentul Bogor. Kami seluruhnya berjumlah lima orang, suami isteri yang tinggal di Sentul, kemudian teman yang tinggal di Tanjung Selor dan satu lagi teman yang berasal dari kabupaten Pinrang, Sulawesi selatan.  Kami sengaja memulai perjalanan di pagi hari mengingat selain perjalanan yang cukup jauh juga untuk menghindari kemungkinan terjebak macet.

Tugu dipersimpangan arah Bojongmanik dan Ciboleger

Awal perjalanan dimulai pukul 07.30 dengan melewati tol dalam kota menuju arah Tomang, setelah melewati Semanggi, Senayan, Slipi, dan simpang susun Tomang kemudian lanjut memasuki jalan tol Jakarta-Merak.  Setelah melewati Tangerang, teman yang mengemudi memutuskan keluar dari jalan tol di gerbang Balaraja Timur. Kepada petugas gardu tol ketika membayar, langsung bertanya mengenai jalan kearah Rangkasbitung, ternyata arah ke Rangkasbitung keluar tol nya di gerbang berikutnya. Waduh…….. salah deh, kesalahan pertama pun terjadi, maklum tak seorangpun diantara kami berlima yang pernah mengunjungi wilayah Baduy, sehingga kami harus banyak bertanya.

Setelah keluar jalan tol kemudian menyusuri jalan raya non tol hingga masuk ke kota Balaraja. Begitu sampai di sebuah persimpangan besar di tengah kota, bingung juga untuk memilih lurus atau kekiri, karena tidak terlihat rambu-rambu petunjuk, pilih yang belok kiri tapi ternyata salah. Ini kesalahan kedua, jalan itu ternyata jalan masuk ke tol Jakarta-Merak. Menyadari salah jalan, terpaksa putar arah kembali ke jalan semula dan berhenti sejenak di sebuah toko “Alfamart”. Selain bertanya mengenai arah ke Rangkasbitung, juga untuk membeli minuman dan makanan ringan serta jas hujan untuk antisipasi jika terjadi hujan. Minuman dan makanan didapat tapi jas hujan ternyata tidak ada.  “Alfamart” tidak menjual jas hujan apalagi yang sekali pakai, “adanya di Indomart” kata isteri teman saya, yang pernah membeli jas hujan di toko “Indomart” Sentul.

Sambil jalan, saya mengingatkan teman yang sedang mengemudi untuk membeli bensin terlebih dahulu dan jangan nanti-nanti. Alasannya, kalau di tunda-tunda, kuatir nanti malah tidak sempat mengisi bensin. Saran saya dikuatkan oleh teman yang dari Bulungan, begitu melihat ada SPBU (pom bensin), langsung saja masuk dan mengisi bensin. Lumayan bisa  beristirahat sejenak untuk meluruskan kaki dan pergi ke toilet. Dari pada nyasar lagi, ada baiknya bertanya kepada salah satu pegawai SPBU tempat mengisi bensin mengenai arah jalan menuju Rangkasbitug, katanya jalan yang tercepat adalah melalui Cisoka.

Setelah menyusuri jalan Cisoka yang relatif lebih sempit dari jalan raya Jakarta-Merak, kami melewati  beberapa perkampungan dan perumahan, seperti kampung Pesanggrahan di kecamatan Solear, Pasar Maja , Perumahan Citra Maja Raya dan juga daerah Citeras yang sudah masuk ke wilayah Kabupaten lebak.  Di Pesanggrahan saya sempat masuk ke “Alfamart” untuk kembali mencari jas hujan, tapi juga tidak dapat. Bahkan setelah melewati Citeras pun kami masih sempat juga berhenti dan mencari jas hujan di sebuah “Indomart”, juga tidak dapat.

Perjalanan yang diwarnai dengan perburuan jas hujan terus berlanjut hingga masuk kota Rangkasbitung. Di sebuah persimpangan jalan sebelum masuk kota Rangkasbitung, terdapat sebuah “Indomart” namanya Papanggo, kami berhenti disitu, Tanya lagi apakah menjual jas hujan ? lagi-lagi jawabnya tidak ada. Kami semua tertawa……… karena jas hujan yang dicari tak kunjung didapat. Entah sudah berapa “Indomart” dan berapa “Alfamart” dimasuki tapi jas hujan yang dimaksud tidak ada juga. Kenapa tidak beli di “Indomart” Sentul, kalau memang banyak ? Hehehehe…….. tentu saja jawabnya lupa.

Alun-alun Rangkasbitung

Indomart di Kabupaten Lebak

Masuk kota Rangkasbitung jam sudah menunjukkan pukul 10.30 dan tepat di alun-alun Rangkasbitung sudah pukul 10.35. Saya minta berhenti sebentar untuk mengambil foto alun-alun. Sempat juga saya tawarkan kepada teman-teman barangkali ada yang mau berfoto di alun-alun dengan tulisan “Alun-alun Rangkasbitung” sebagai latar belakang ? ternyata tidak ada yang berminat, maka saya pun hanya mengambil beberapa shoot saja setelah itu kembali masuk ke mobil.

Perjalanan berlanjut kearah selatan melalui jalan Leuwidamar, dan setelah menempuh beberapa lama, kami berhenti kembali di sebuah toko “Alfamart” di sebelah kanan jalan.  Disini kembali menanyakan tentang jas hujan, ternyata ada jas hujan tapi yang besar dan bukan yang sekali pakai. Tak apalah kata teman yang dari Bulungan, diambilnya dua buah jas hujan dan segera dibawa ke dalam mobil. Dua buah jas hujan dirasa sudah cukup karena model ponco sehingga dalam keadaan darurat bisa untuk dua orang.

Alfamart di Kabupaten Lebak

Perjalanan terus berlanjut hingga menemui sebuah pertigaan yang di pojoknya ada sebuah bangunan tempat mangkal para tukang ojek. Kuatir kesasar, teman yang mengemudi dan isterinya bertanya ke tukang ojek dengan menggunakan bahasa Sunda, kemana arah ke Baduy ? ternyata belok kearah kanan, dan mobil pun meluncur kearah kanan menyusuri jalan pedesaan. Setelah beberapa kilometer, teman yang mengemudi minta digantikan menyetir, dan stirpun segera berpindah ke tangan teman yang berasal dari Bulungan.

Jalan melalui perkampungan dan perbukitan relatif cukup baik, dan disuatu tanjakan kami berpapasan dengan sebuah sepeda motor yang berjalan agak oleng, ada apa gerangan? Ternyata ada seekor ular yang berjalan lambat menyeberang jalan aspal. Karena lambat ular tersebut tak ajal lagi akhirnya terlindas mobil yang kami naiki, saya menoleh kebelakang dan melihat ular tersebut menggelepar, kasihan memang….. tapi mungkin saja pengemudi tidak melihat atau tidak sempat menginjak rem karena posisi menanjak, apalagi kondisi nya juga agak kaget setelah melihat sepeda motor yang berjalan oleng karena ternyata menghindari ular.  

Setelah melewati pertigaan dekat sebuah masjid yang di tengahnya terdapat sebuah tugu dengan petunjuk arah Ciboleger dan arah Bojong Manik, Tanpa perlu bertanya, kami terus  kearah Bojong Manik melalui jalan aspal yang relatif masih baru, jalannya naik turun perbukitan dan nampaknya belum lama ada pelebaran jalan. Disana banyak bukit-bukit yang dipapras dan dipinggirannya dibuat saluran air. Hanya saja jalan yang masih relatif baru tersebut di beberapa tempat banyak yang aspalnya sudah terkelupas, sehingga harus lebih hati-hati. Setelah sekian kilometer berjalan kami bertanya ke sebuah warung kecil arah ke Baduy, ternyata kami sudah kelewatan, harusnya belok kiri di pertigaan tugu tadi. Putar arah kembali ke pertigaan tugu yang tadi sudah dilewati, kebetulan disitu ada Mesjid dan warung nasi, maka kami segera makan di warung tersebut, sementara yang muslim bisa menunaikan sholat dzuhur terlebih dahulu.


Di warung nasi sempat terjadi komunikasi dengan pemilik warung dan beberapa orang yang kebetulan berada disitu, karena mereka tahu kami akan menuju ke Baduy, maka ditawarkan kepada kami seorang pemandu wisata agar kami tidak nyasar dan bisa lebih cepat sampai, tariff nya antara Rp.200.000 hingga Rp.300.000. Karena disanggupi, maka pemandu wisata yang bernama Nung ikut naik di mobil menuju lokasi. Lewatnya kembali kearah tadi dan tidak melalui tugu, karena kalau melalui tugu berarti menuju Ciboleger. Kalau memilih arah Ciboleger memang lebih dekat bila ditempuh dengan mobil tapi jalan kakinya lebih jauh. Jika lewat Kanekes, memang jalannya menjadi lebih jauh, namun setelah turun dari kendaraan di Cijahe, jalan kakinya menjadi lebih dekat.  

Mobil mogok di tanjakan

Kendaraan yang kami tumpangi berjalan kembali melewati warung kecil tadi, kemudian melalui perkampungan dan perbukitan, ketika sampai di sebuah perbukitan yang agak tinggi, mobil yang kami naiki tidak sanggup melaluinya, mesin mati dan merosot kebawah. Pengemudi segera menginjak rem dan kami turun mencari batu untuk mengganjal roda ban mobil agar tidak merosot. Saya mencoba melongok dan melihat2 mesin mobil, saya memprediksi bensin tidak naik karena setelah saya tekan gas di bagian karburator mesin hidup tapi kembali mati ketika akan dijlankan dan begitu seterusnya.

Menunggu mobil sewaan datang
Tebing disisi kiri dan jurang disisi kanan

Hari semakin siang dan matahari mulai condong kebarat,  berfikir sebentar apa yang harus dilakukan? lalu timbul inisiatif panggil montir dan penumpang nya melanjutkan perjalanan dengan mobil sewaan. Nung si pemandu wisata segera menghubungi mondir terbaik di daerah sekitar melalui telepon selular, dan juga menghubungi adiknya untuk datang membawa mobil pengganti. Setelah cukup lama menunggu, montir datang dan memeriksa kondisi mobil, dilihat sebentar lalu dia masuk ke kolong bawah mobil, dikatakan bahwa rotax atau pompa bensin nya kecil bukan standar yang seharusnya, sehingga perlu diganti dengan pompa bensin yang lebih besar, harganya Rp.650.000 dan harus dibeli di Kota Rangkasbitung dengan menggunakan ojek motor. Setelah disanggupi, montir segera menghidupkan mesin dan membawa mobil turun kembali kearah bawah. Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan mobil minibus sewaan.

Kampung Cijahe

Perjalanan berikutnya ternyata juga masih cukup jauh, masih melalui jalan yang berbukit dengan tebing disisi kiri dan jurang disisi kanan ataupun sebaliknya. Akhirnya pada sebuah pertigaan kecil, entah apa namanya, mobil berbelok kekiri melalui jalan kecil yang sebagian kondisinya masih berbatu, kami melewati daerah Tungtung Batu, kemudian juga melewati Cirinteun sementara jam sudah menunjukkan jam 14.05. dan setelah satu jam sepuluh menit akhirnya sampai juga di kampung Cijahe, sebuah kampung terakhir yang berbatasan dengan kawasan Baduy tepat pada jam 15.15. Di Cijahe inilah seluruh kendaraan berhenti dan diparkir disini, perjalanan ke wilayah Baduy harus dilakukan dengan berjalan kaki. Selamat datang di Kampung Cijahe perbatasan Baduy. Bersambung ……..(Okt 2016)***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar