Beberapa
pekan yang lalu saya dan beberapa teman melakukan perjalanan menuju pedalaman
Baduy. Bagi saya perjalanan ini merupakan sesuatu yang belum terpikirkan
sebelumnya, karena rencana untuk mengunjungi daerah Baduy justru berawal dari
usulan seorang teman yang tinggal di Bulungan, Kalimantan Utara. Ide
mengunjungi Baduy disampaikan ketika saya berkunjung ke Tanjung Selor ibukota
Kabupaten Bulungan sekitar dua bulan sebelumnya.
Perjalanan
dari Jakarta dimulai pada pagi hari dengan menumpang mobil milik teman yang tinggal di kawasan Sentul Bogor. Kami seluruhnya berjumlah
lima orang, suami isteri yang tinggal di Sentul, kemudian teman yang tinggal di
Tanjung Selor dan satu lagi teman yang berasal dari kabupaten Pinrang, Sulawesi
selatan. Kami sengaja memulai perjalanan
di pagi hari mengingat selain perjalanan yang cukup jauh juga untuk menghindari
kemungkinan terjebak macet.
Tugu dipersimpangan arah Bojongmanik dan Ciboleger
Awal perjalanan dimulai pukul
07.30 dengan melewati tol dalam kota menuju arah Tomang, setelah melewati
Semanggi, Senayan, Slipi, dan simpang susun Tomang kemudian lanjut memasuki
jalan tol Jakarta-Merak. Setelah
melewati Tangerang, teman yang mengemudi memutuskan keluar dari jalan tol di
gerbang Balaraja Timur. Kepada petugas gardu tol ketika membayar, langsung
bertanya mengenai jalan kearah Rangkasbitung, ternyata arah ke Rangkasbitung keluar tol nya di gerbang berikutnya. Waduh…….. salah deh, kesalahan pertama pun
terjadi, maklum tak seorangpun diantara kami berlima yang pernah mengunjungi
wilayah Baduy, sehingga kami harus banyak bertanya.
Setelah keluar jalan tol kemudian menyusuri
jalan raya non tol hingga masuk ke kota Balaraja. Begitu sampai di sebuah persimpangan
besar di tengah kota, bingung juga untuk memilih lurus atau kekiri, karena tidak terlihat
rambu-rambu petunjuk, pilih yang belok kiri tapi ternyata salah. Ini kesalahan
kedua, jalan itu ternyata jalan masuk ke tol Jakarta-Merak. Menyadari salah
jalan, terpaksa putar arah kembali ke jalan semula dan berhenti sejenak di
sebuah toko “Alfamart”. Selain bertanya mengenai arah ke Rangkasbitung, juga untuk
membeli minuman dan makanan ringan serta jas hujan untuk antisipasi jika
terjadi hujan. Minuman dan makanan didapat tapi jas hujan ternyata tidak ada. “Alfamart” tidak menjual jas hujan apalagi
yang sekali pakai, “adanya di Indomart” kata isteri teman saya, yang pernah
membeli jas hujan di toko “Indomart” Sentul.
Sambil jalan, saya mengingatkan
teman yang sedang mengemudi untuk membeli bensin terlebih dahulu dan jangan
nanti-nanti. Alasannya, kalau di tunda-tunda, kuatir nanti malah tidak sempat
mengisi bensin. Saran saya dikuatkan oleh teman yang dari Bulungan, begitu
melihat ada SPBU (pom bensin), langsung saja masuk dan mengisi bensin. Lumayan
bisa beristirahat sejenak untuk
meluruskan kaki dan pergi ke toilet. Dari pada nyasar lagi, ada baiknya bertanya
kepada salah satu pegawai SPBU tempat mengisi bensin mengenai arah jalan menuju
Rangkasbitug, katanya jalan yang tercepat adalah melalui Cisoka.
Setelah menyusuri jalan Cisoka
yang relatif lebih sempit dari jalan raya Jakarta-Merak, kami melewati beberapa perkampungan dan perumahan, seperti kampung
Pesanggrahan di kecamatan Solear, Pasar Maja , Perumahan Citra Maja Raya dan
juga daerah Citeras yang sudah masuk ke wilayah Kabupaten lebak. Di Pesanggrahan saya sempat masuk ke
“Alfamart” untuk kembali mencari jas hujan, tapi juga tidak dapat. Bahkan
setelah melewati Citeras pun kami masih sempat juga berhenti dan mencari jas
hujan di sebuah “Indomart”, juga tidak dapat.
Perjalanan yang diwarnai dengan perburuan jas hujan terus
berlanjut hingga masuk kota Rangkasbitung. Di sebuah persimpangan jalan sebelum
masuk kota Rangkasbitung, terdapat sebuah “Indomart” namanya Papanggo, kami
berhenti disitu, Tanya lagi apakah menjual jas hujan ? lagi-lagi jawabnya tidak
ada. Kami semua tertawa……… karena jas hujan yang dicari tak kunjung didapat.
Entah sudah berapa “Indomart” dan berapa “Alfamart” dimasuki tapi jas hujan
yang dimaksud tidak ada juga. Kenapa tidak beli di “Indomart” Sentul, kalau
memang banyak ? Hehehehe…….. tentu saja jawabnya lupa.
Alun-alun Rangkasbitung
Indomart di Kabupaten Lebak
Masuk kota Rangkasbitung jam sudah menunjukkan pukul 10.30 dan
tepat di alun-alun Rangkasbitung sudah pukul 10.35. Saya minta berhenti
sebentar untuk mengambil foto alun-alun. Sempat juga saya tawarkan kepada
teman-teman barangkali ada yang mau berfoto di alun-alun dengan tulisan “Alun-alun
Rangkasbitung” sebagai latar belakang ? ternyata tidak ada yang berminat, maka saya
pun hanya mengambil beberapa shoot saja setelah itu kembali masuk ke mobil.
Perjalanan berlanjut kearah selatan melalui jalan Leuwidamar, dan
setelah menempuh beberapa lama, kami berhenti kembali di sebuah toko “Alfamart”
di sebelah kanan jalan. Disini kembali
menanyakan tentang jas hujan, ternyata ada jas hujan tapi yang besar dan bukan
yang sekali pakai. Tak apalah kata teman yang dari Bulungan, diambilnya dua
buah jas hujan dan segera dibawa ke dalam mobil. Dua buah jas hujan dirasa
sudah cukup karena model ponco sehingga dalam keadaan darurat bisa untuk dua
orang.
Alfamart di Kabupaten Lebak
Perjalanan terus berlanjut hingga menemui sebuah pertigaan yang di
pojoknya ada sebuah bangunan tempat mangkal para tukang ojek. Kuatir kesasar,
teman yang mengemudi dan isterinya bertanya ke tukang ojek dengan menggunakan
bahasa Sunda, kemana arah ke Baduy ? ternyata belok kearah kanan, dan mobil pun
meluncur kearah kanan menyusuri jalan pedesaan. Setelah beberapa kilometer,
teman yang mengemudi minta digantikan menyetir, dan stirpun segera berpindah ke
tangan teman yang berasal dari Bulungan.
Jalan melalui perkampungan dan perbukitan relatif cukup baik, dan
disuatu tanjakan kami berpapasan dengan sebuah sepeda motor yang berjalan agak
oleng, ada apa gerangan? Ternyata ada seekor ular yang berjalan lambat
menyeberang jalan aspal. Karena lambat ular tersebut tak ajal lagi akhirnya
terlindas mobil yang kami naiki, saya menoleh kebelakang dan melihat ular
tersebut menggelepar, kasihan memang….. tapi mungkin saja pengemudi tidak
melihat atau tidak sempat menginjak rem karena posisi menanjak, apalagi kondisi
nya juga agak kaget setelah melihat sepeda motor yang berjalan oleng karena
ternyata menghindari ular.
Setelah melewati pertigaan dekat sebuah masjid yang di tengahnya
terdapat sebuah tugu dengan petunjuk arah Ciboleger dan arah Bojong Manik,
Tanpa perlu bertanya, kami terus kearah
Bojong Manik melalui jalan aspal yang relatif masih baru, jalannya naik turun
perbukitan dan nampaknya belum lama ada pelebaran jalan. Disana banyak
bukit-bukit yang dipapras dan dipinggirannya dibuat saluran air. Hanya saja
jalan yang masih relatif baru tersebut di beberapa tempat banyak yang aspalnya
sudah terkelupas, sehingga harus lebih hati-hati. Setelah sekian kilometer
berjalan kami bertanya ke sebuah warung kecil arah ke Baduy, ternyata kami
sudah kelewatan, harusnya belok kiri di pertigaan tugu tadi. Putar arah kembali
ke pertigaan tugu yang tadi sudah dilewati, kebetulan disitu ada Mesjid dan
warung nasi, maka kami segera makan di warung tersebut, sementara yang muslim
bisa menunaikan sholat dzuhur terlebih dahulu.
Di warung nasi sempat terjadi komunikasi dengan pemilik warung dan
beberapa orang yang kebetulan berada disitu, karena mereka tahu kami akan
menuju ke Baduy, maka ditawarkan kepada kami seorang pemandu wisata agar kami
tidak nyasar dan bisa lebih cepat sampai, tariff nya antara Rp.200.000 hingga
Rp.300.000. Karena disanggupi, maka pemandu wisata yang bernama Nung ikut naik
di mobil menuju lokasi. Lewatnya kembali kearah tadi dan tidak melalui tugu,
karena kalau melalui tugu berarti menuju Ciboleger. Kalau memilih arah
Ciboleger memang lebih dekat bila ditempuh dengan mobil tapi jalan kakinya lebih
jauh. Jika lewat Kanekes, memang jalannya menjadi lebih jauh, namun setelah
turun dari kendaraan di Cijahe, jalan kakinya menjadi lebih dekat.
Mobil mogok di tanjakan
Kendaraan yang kami tumpangi berjalan kembali melewati warung
kecil tadi, kemudian melalui perkampungan dan perbukitan, ketika sampai di
sebuah perbukitan yang agak tinggi, mobil yang kami naiki tidak sanggup
melaluinya, mesin mati dan merosot kebawah. Pengemudi segera menginjak rem dan
kami turun mencari batu untuk mengganjal roda ban mobil agar tidak merosot.
Saya mencoba melongok dan melihat2 mesin mobil, saya memprediksi bensin tidak
naik karena setelah saya tekan gas di bagian karburator mesin hidup tapi
kembali mati ketika akan dijlankan dan begitu seterusnya.
Menunggu mobil sewaan datang
Tebing disisi kiri dan jurang disisi kanan
Hari semakin siang dan matahari mulai condong kebarat, berfikir sebentar apa yang harus dilakukan? lalu
timbul inisiatif panggil montir dan penumpang nya melanjutkan perjalanan dengan
mobil sewaan. Nung si pemandu wisata segera menghubungi mondir terbaik di
daerah sekitar melalui telepon selular, dan juga menghubungi adiknya untuk
datang membawa mobil pengganti. Setelah cukup lama menunggu, montir datang dan
memeriksa kondisi mobil, dilihat sebentar lalu dia masuk ke kolong bawah mobil,
dikatakan bahwa rotax atau pompa bensin nya kecil bukan standar yang seharusnya,
sehingga perlu diganti dengan pompa bensin yang lebih besar, harganya
Rp.650.000 dan harus dibeli di Kota Rangkasbitung dengan menggunakan ojek
motor. Setelah disanggupi, montir segera menghidupkan mesin dan membawa mobil
turun kembali kearah bawah. Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan mobil minibus
sewaan.
Kampung Cijahe
Perjalanan berikutnya ternyata juga masih cukup jauh, masih
melalui jalan yang berbukit dengan tebing disisi kiri dan jurang disisi kanan
ataupun sebaliknya. Akhirnya pada sebuah pertigaan kecil, entah apa namanya,
mobil berbelok kekiri melalui jalan kecil yang sebagian kondisinya masih
berbatu, kami melewati daerah Tungtung Batu, kemudian juga melewati Cirinteun
sementara jam sudah menunjukkan jam 14.05. dan setelah satu jam sepuluh menit akhirnya
sampai juga di kampung Cijahe, sebuah kampung terakhir yang berbatasan dengan
kawasan Baduy tepat pada jam 15.15. Di Cijahe inilah seluruh kendaraan berhenti
dan diparkir disini, perjalanan ke wilayah Baduy harus dilakukan dengan
berjalan kaki. Selamat datang di Kampung Cijahe perbatasan Baduy. Bersambung ……..(Okt
2016)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar