Perjalanan saya kali ini ini adalah menuju kota
Salak, Kabupaten Papak Bharat yang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara. Awalnya, ketika mendengar kata Pakpak, bayangan saya secara otomatis
tertuju ke nama sebuah kabupaten di wilayah provinsi Papua Barat. Kalau toh
tertulis kata Pakpak mungkin hanya suatu kesalahan ketik saja. Jika kemudian
juga tertulis kata Bharat dibelakangnya, mungkin itu pemekaran dari kabupaten
induk. Bayangan sayapun segera sirna ketika saya kemudian mendapatkan data,
ternyata memang tertulis nama kabupaten Pakpak Bharat di Provinsi Sumatera
Utara dan bukan kabupaten FakFak di Provinsi Papua Barat.
Perjalanan ke Kota
Salak dari Jakarta memerlukan waktu yang relatif cukup lama, nyaris seharian
penuh. Dari Jakarta bisa digunakan pesawat komersial seperti Garuda menuju medan dengan penerbangan selama
1 jam 50 menit dan medarat di bandara Kualanamu. Selanjutnya, dari Bandara
Kualanamu untuk mencapai kota Salak diperlukan waktu sekitar 7 jam dengan
kendaraan pribadi. Jalan yang dilalui seluruhnya cukup mulus kecuali dibeberapa
tempat masih nampak adanya proses perbaikan. Layaknya seperti turis, saya
mencoba mengamati dan melihat kiri-kanan jalan, dibeberapa tempat jenis tanaman yang
banyak ditanam para petani adalah pohon jeruk. Tahu kalau saya mengamati kiri-kanan, teman yang
duduk disebelah saya yang memang asli orang Pakpak tiba-tiba mengatakan, “Jeruk dari daerah sini kualitasnya bagus pak,
banyak yang dikirim ke Jakarta” katanya. Dalam
hati saya berkata, mungkin buah jeruk ini yang sering disebut-sebut sebagai
jeruk Medan, padahal pohonnya tidak ada di Kota Medan.
Setelah menempuh
perjalanan selama beberapa jam, saya diajak untuk istirahat di kawasan pegunungan
yang berhawa sejuk, tepatnya beberapa kilometer sebelum memasuki kota Berastagi.
Di sebuah warung kopi kami istirahat sejenak untuk melepas lelah dan menghilangkan
kantuk. Minuman panas tentu saja sangat tepat dijadikan pilihan mengingat hari
itu cuaca memang sedang mendung dan bahkan sempat turun hujan selama beberapa
saat. Di warung kopi tersebut, menu yang
tersedia memang tidak terlalu banyak, umumnya berupa kopi panas dan Jagung
bakar atau rebus.
Jagung rebus
Berastagi
Usai istirahat,
perjalanan dilanjutkan. Jalan menanjak dan berliku menjelang kota Berastagi
yang memiliki hawa sejuk di ketinggian sekitar 1.300 m diatas permukaan laut
dengan suhu berkisar antara 17 hingga 19 derajat celcius. Kota Berastagi memang
terkenal sebagai kawasan wisata di Provinsi sumatera Utara.
Kota
Berastagi
Gapura Kota
Salak
Memasuki kota Salak,
jam sudah menunukkan pukul 19.00 WIB, langsung menuju hotel Waris yang
merupakan hotel satu-satunya di Kota Salak. Hotel nya cukup sederhana berlantai
tiga, dengan kamar yang relatif kecil tanpa pendingin udara namun diatas meja
masih disediakan TV kecil 14 inch layar cembung. Lumayan buat melihat berita.
Hotel Waris
Kota Salak
Dari jendela kamar
di lantai teratas hotel Waris saya melihat suasana cukup sunyi, meskipun ada
listrik namun kondisi kota Salak
masih jauh dari kondisi ibukota Kabupaten umumnya. Maklum saja lokasi kota
Salak memang sangat terpencil sehingga, orang yang lebih suka pergi dan bekerja
di Medan dari pada bekerja di kota Salak. Bangunan yang relatif baru dengan
kondisi yang cukup bagus adalah komplek perkantoran pemerintah yang terletak di
sebelah atas perbukitan, sedang kota Salak terletak di sebelah bawah. Sehingga
bila sedang berada di komplek perkantoran kita bisa melihat pemandangan kota
Salak secara keseluruhan.
Secara geografis, kabupaten
Pakpak Bharat terletak di Pantai Barat Sumatera yaitu 2,00 - 3,00 LU 96,00 - 98,30
BT dan berada di ketinggian 250-1400 m di atas permukaan laut. kota di Salak
terletak di kawasan kaki pegunungan Bukit barisan Lokasinya cukup terpencil dan
jauh dari kesibukan dan kebisingan kota besar seperti Medan, dan tentu saja Kota
Salak lebih menjanjikan ketenangan dan memberikan suasana yang lebih asri dengan
nuansa pedesaan.
Kantor Dinas
Kesehatan
Kantor Bupati
Pakpak Bharat
Pasar Kota
Salak
Sejak dikeluarkannya Undang- undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003, Kabupaten Pakpak Bharat resmi terbentuk
menjadi satu kabupaten yang otonom. Kabupaten Pakpak Bharat yang terbentuk
pada 28 Juli 2003 tersebut merupakan pemekaran dari Kabupaten Dairi yang
awalnya terdiri atas tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Salak, Kecamatan
Kerajaan dan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, dengan ibukotanya di kota Salak.
Hampir
90 persen penduduk di wilayah Pakpak Bharat beretnis Pakpak. Berbeda dengan
kabupaten induknya yang dihuni bermacam-macam suku, seperti Pakpak, Batak Toba,
Mandailing, Nias, Karo, Melayu, Angkola, dan Simalungun serta suku lainnya.
Agaknya, hal inilah yang menjadi pendorong wilayah Pakpak untuk memekarkan
diri. Selain Alasan utamanya adalah untuk mengoptimalkan penggarapan potensi,
percepatan pembangunan fisik, dan pertumbuhan ekonomi wilayah terutama
pembangunan sumber daya manusia.
Saat ini jumlah
penduduk di kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan hasil Sensus Penduduk yang
dilaksanakan pada Bulan Mei tahun 2010 adalah 40.505 jiwa yang menyebar di 8
kecamatan dan 52 desa dengan persentase terbesar berada di Kecamatan Sitellu
Tali Urang Jehe (23,12%) sedang persentase terkecil ada di Kecamatan Pagindar
(2,99%). Bila dibandingkan dengan luas wilayah secara keseluruhan adalah 1.218,30
km2 (121.830 Ha) atau 1,7% dari luas Propinsi Sumatera
Utara, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk mencapai 33 jiwa per km2..
Toko
penjual souvenir dan teh daun gambir
Di bidang perekonomian Papak Bharat sebagian besar didominasi
oleh sektor pertanian, Selain tanaman padi, Pakpak Bharat juga mempunyai hasil
pertanian lainnya yakni palawija dan umbi-umbian seperti ubi jalar dan ubi
kayu, dan juga jagung. Sedangkan untuk sektor perkebunan, terdapat banyak
unggulan seperti jeruk, kopi, gambir, kelapa sawit, karet dan kemenyan. Dari beberapa
produk perkebunan tersebut sebagian sudah dikembangkan dan diolah menjadi
produk olahan yang cukup baik,
diantaranya adalah teh celup daun gambir. Bagi saya, daun gambir merupakan
sesuatu yang masih terasa asing, apalagi kemudian dijadikan minuman yang bisa
dinikmati seperti layaknya teh, ini cukup menarik dan perlu dicoba karena konon
banyak sekali manfaat dan khasiatnya. Sebelum kembali ke Jakarta, saya masih
menyempatkan diri ke pasar membeli teh celup daun gambir dan beberapa souvenir
khas Pakpak Bharat. (Okt 2013)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar