Catatan Perjalanan ke Kota Semarang
Pengetahuan saya mengenai kota Semarang memang masih
terbilang minim, dan dari dua kali kunjungan sebelumnya ke kota Semarang saya
tidak sempat menikmati kuliner dan obyek wisata Semarang. Karena itu, pada
kunjungan kali ketiga ini, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu
tempat yang paling terkenal di Kota Semarang atau bahkan yang juga terkenal ke
berbagai negara. Rasanya belum lengkap bila belum mengunjungi obyek
wisata yang satu ini, yakni Klenteng Sam Poo Kong, sebuah klenteng yang cukup
bersejarah. Mei 2015 lalu
saya berkesempatan untuk mengunjungi klenteng dan melihat dari dekat bagaimana
suasana dan kondisi klenteng yang terkenal tersebut.
Klenteng Sam Poo Kong
Kelenteng Sam Po Kong konon
merupakan bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana
Tiongkok beragama Islam yang bernama Zheng He (Cheng Ho). Tempat ini biasa
disebut Gedung Batu, karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang
terletak pada sebuah bukit batu yang terletak di daerah Simongan, tepatnya di sebelah
barat daya kota Semarang. Orang Indonesia keturunan Tionghoa menganggap bangunan
itu adalah sebuah klenteng, mengingat bentuknya yang berarsitektur Tiongkok
sehingga mirip sebuah klenteng.
Klenteng Sam Poo
Kong menjadi salah satu destinasi wisata di Semarang
Sekarang tempat tersebut
dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat
untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakan
sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Padahal laksamana cheng ho
adalah seorang muslim, tetapi oleh mereka di anggap dewa. Hal ini dapat dimaklumi
mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau menganggap orang yang sudah meninggal dapat
memberikan pertolongan kepada mereka.
Menurut cerita, Laksamana
Zheng He sedang berlayar melewati laut Jawa, namun saat melintasi laut jawa,
banyak awak kapalnya yang jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan untuk membuang
sauh. Kemudian merapat ke pantai utara semarang untuk berlindung di sebuah Goa
dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi
menjadi klenteng. Bangunan itu sekarang telah berada di tengah kota Semarang,
hal ini karena pantai utara jawa selalu mengalami proses pendangkalan yang di
akibatkan adanya proses sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin
bertambah luas kearah utara.
Konon, setelah Zheng He
meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak
awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat.
Mereka bersawah dan berladang ditempat itu. Zheng He memberikan pelajaran
bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam, di Klenteng ini juga
terdapat Makam Seorang Juru Mudi dari Kapal Laksamana Cheng Ho.
Ketenaran Klenteng Sam
Poo Kong ini akhirnya membawa saya untuk berkunjung dan melihat keindahan
Klenteng tersebut. Hari Sabtu setelah makan siang, sekitar pukul 14.00 saya mengunjungi Klenteng
Agung Sam Poo Kong. Setelah parkir di halaman yang cukup luas saya masuk ke
dalam dengan membayar tiket masuk seharga Rp 3.000,- relatif cukup murah dan
terjangkau bagi kebanyakan orang. Namun
bagi yang datang untuk beribadah, biaya yang dikeluarkan akan dikembalikan lagi
di kios hio yang berada dikawasan ibadah.
karcis parkir kendaraan
Sebelum memasuki kawasan Klenteng saya mampir ke bangunan paling depan, dan disitu tersedia kios yang menyediakan souvenir, jasa foto dengan berpakaian tradisional Tionghoa maupun Korea. Biayanya berkisar antara 90 hingga 120 ribu rupiah sudah termasuk biaya foto yang sudah dicetak dan dikemas dengan cover yang cukup menarik. Bila pengunjung ingin memperoleh soft copy fotonya, maka biaya ditambah 20 ribu rupiah lagi. Namun pengunjung juga tidak dilarang untuk membawa camera sendiri, sehingga mendapatkan lebih banyak pilihan untuk fotonya. (Mei 2015)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar