Ketika sedang mengikuti pendidikan di
Kota Melbourne pada tahun 2005, saya diajak oleh rekan-rekan dari perhimpunan
masyarakat Indonesia yang tinggal di Melbourne untuk mengunjungi obyek wisata
yang cukup terkenal di Negara bagian Victoria. Karena saat itu musim dingin dan
salju juga sudah mulai turun di wilayah pegunungan “Mount Buller”, tentu saja
saya tidak menolak tawaran tersebut, apalagi dengan biaya yang terjangkau.
Kedengerannya cukup keren bukan? bisa
jalan-jalan ke pegunungan salju, kapan lagi bisa kesini kalau tidak sekarang,
mumpung di Australia pas musim dingin. Meskipun tidak untuk bermain ski tapi bagi saya ini akan menjadi pengalaman pertama
mengunjungi daerah yang bersalju, paling tidak sekedar bisa menyentuh dan
pegang-pegang salju sudah cukup buat saya, maklum saya termasuk yang sedikit
agak penasaran dengan salju.
Mount Buller merupakan
destinasi yang cukup terkenal untuk wisata musim dingin khususnya di Negara
bagian Victoria. Musim dingin dimulai sekitar awal Juni hingga September setiap
tahunnya, sehingga ketika saya mengunjungi tempat ini pada tanggal 10 Juli,
salju memang sudah turun, dan ketebalan salju saat itu memang sudah pas untuk
melakukan berbagai aktivitas di arena rekreasi, seperti ski ataupun permainan
lainnya.
Bus yang membawa saya berangkat pukul 07.00 pagi dari
depan apartemen tempat saya tinggal selama di Melbourne, hari masih gelap dan
udara diluar sangat dingin. Karena berangkat cukup pagi maka saya harus
mempersiapkan tas punggung yang saya beli dari supermarket “Big W” beberapa
hari sebelumnya dan mengisinya dengan pakaian ganti serta beberapa makanan
ringan seperti coklat dan biscuit. Saya sengaja membawa coklat karena selain
ikut-ikutan teman, juga karena coklat dapat membantu memberikan energy tambahan
di musim dingin. Coklat selain mudah
dibawa, harganyapun cukup murah, maklum saja harga coklat di Australia memang
lebih murah dibandingkan dengan harga coklat di Indonesia.
Sama
seperti halnya teman yang lain, saya juga mengenakan celana jeans warna biru gelap, yang beberapa
bulan lalu saya beli di Jakarta dan juga membawa Jaket musim dingin yang sengaja
dibeli di Mal Mangga Dua sebelum berangkat. Sekilas saya terlihat sudah siap
dengan pakaian musim dingin, sehingga tak ajal mengundang komentar teman-teman
lain, para teman-teman dosen yang sedang studi S3 pun mengomentari kalau saya
benar-benar mempersiapkan diri dengan jaket musim dingin.
Bus
berjalan menyusuri jalan-jalan dalam kota dan terus lanjut keluar kota kearah
utara dan timur wilayah Victoria, entah sudah berapa kilometer dan sudah berapa
jam, saya tidak mengingatnya, tapi orang bilang jaraknya sekitar 200 km lebih,
dan lama perjalanan bisa sekitar tiga jam. Setelah berjalan yang tentu saja tanpa macet, akhirnya bus
yang saya naiki melintasi kota kecil bernama Mansfield dan berhenti disebuah bangunan
bertuliskan Alzburg inn Resort, yakni bangunan yang nampaknya seperti pusat
penyewaan ski dan pakaian musim dingin, sebab disitu tertulis dengan jelas
“snowboard & ski hire, toboggan & chain hire, clothing hire”. Saya jadi
semakin yakin ini tentu pusat penyewaan yang mungkin sudah direkomendasi oleh
sopir bis atau travel agent, terutama untuk penyewaan celana, jaket, sepatu
boot, perlengkapan ski dan berbagai peralatan musim dingin lainnya agar para
wisatawan tidak mengalami kesulitan ketika berada di kawasan yang bersalju.
Karena saya sudah membawa jaket, maka saya hanya menyewa
celana panjang dan sepatu boot. Celana panjang saya sewa untuk melapisi celana
jeans agar tidak basah (memangnya kalau jeans kena salju basah ?), sedangkan
sepatu boot salju saya sewa karena itu merupakan kebutuhan pokok untuk bisa
berjalan di salju, konon katanya salju itu licin, tapi karena seluruh
teman-teman juga menyewa sepatu boot….ya ikut jugalah. Maklum belum pernah
lihat salju, sampai-sampai sopir bus yang saya ajak ngobrol sempat agak heran
“never seen snow?”, katanya. (ya iyalah ….mister, saya kan wisatawan dari
Negara tropis, mana ada salju, hehehe…..). Teman-teman yang sudah lama bermukim
di Melbourne tentu saja menyewa ski, namun ada juga yang menyewa Toboggan.
Setelah urusan sewa menyewa selesai, barang yang disewa dibawa naik ke dalam
bus dan kembali melanjutkan perjalanan menuju pegunungan salju.
Turun
dari bus saya dan teman-teman langsung berjalan menuju tempat permainan,
sasaran pertama adalah menyentuh salju dan mengepalnya menjadi bulatan seperti
bola. Ini reaksi pertama, pegang, kepal dan dilempar, setelah itu tentu saja
mencari toilet (maklum selain udara dingin, yang pastinya minus sekian derajat,
juga memang sudah waktunya untuk kesana). Setelah itu barulah mulai
berfoto-foto, karena saya belum punya camera terpaksa harus nebeng camera teman
(timbul niat buat beli, terpikir, nanti sepulang dari Mount Buller saya mau
beli camera digital di sekitar Swanston Street, hehehe…..).
Tak lama
kemudian, sebagian rombongan sudah menyebar dan menghilang entah kemana,
mungkin sedang bermain ski atau pergi keatas lagi naik skylift untuk mencapai
salju yang lebih tebal, saya tidak tahu pasti. Tapi saya lihat sebagian teman
justru sedang asyik bermain toboggan di arena bermain. Saya gabung disitu dan
menonton teman-teman turun naik lereng bukit meluncur kebawah dengan Toboggan
yang tadi disewa. Mereka bergantian bolak-balik seperti main prosotan,
menikmati permainan di tempat salju dengan penuh canda dan tawa.
Siang hari
ketika perut mulai terasa lapar, saya menuju ke tempat dimana bus yang saya
naiki tadi diparkir. Ternyata sopir bus sudah mempersiapakan peralatan untuk
makan siang, saya lihat dia sedang memanggang sosis dan disebelahnya tersedia
roti yang siap santap. Menu makan siang terlihat cukup simple yakni hanya roti
yang diberi sosis panggang tadi, ukuran roti dan sosisnya memang cukup besar,
dan sosisnya tentu sosis yang masih panas dan ambil sendiri dari panggangannya.
Hati-hati makannya…….sosis panas itu tidak akan terasa panas namun bisa membuat
lidah atau bibir mlepuh, maklum saja makanan panas tidak terasa panas pada cuaca
dingin dengan suhu minus sekian derajat (minus berapa derajat celcius ya? Saya
tidak tahu, tapi yang jelas dingin banget).
Setelah sampai jam yang ditentukan, seluruh rombongan
kembali kedalam bus untuk menuju ke tempat penyewaan peralatan. Ketika
mengembalikan celana panjang dan sepatu boot yang saya sewa, saya dilayani oleh
seorang wanita setengah baya yang berambut agak pirang, dia lalu menanyakan nama saya dan mencarinya dalam daftar
penyewa. Bolak-balik daftar nama dibaca namun tidak juga ketemu nama saya, Dia
Tanya lagi nama saya dan saya ulangi menyebut nama dan dia mencari-cari tapi
tidak ketemu juga, (mungkin beda pronounciation). Akhirnya dia nyerah, dan
menyuruh saya mencari sendiri, dan tentu saja langsung ketemu. Setelah mengembalikan barang yang saya sewa dan uang jaminan
sewa dikembalikan, saya dan teman-teman rombongan masuk ke bus dan kembali
melanjutkan perjalanan pulang ke Melboune. (Juli 2005)***
Wah sudah coba Mt Buller, lain kali ke Melbourne lagi coba Falls Creek, pasti tercengang deh. Cuma ya itu, lokasinya jauh..... Cek tour guide pribadi orang Indonesia di tourkotamelbourne.blogspot.com top!
BalasHapus