Pusat Industri Kerajinan Gunung Sempu Yogyakarta

Kota yogya memang tidak terlepas dari industri kerajinan, sehingga tidak heran jika di Yogya banyak dijumpai pusat-pusat kerajinan. Ada kerajinan batik, kerajinan gerabah dan ada juga kerajinan logam.  Salah satu pusat kerajinan yang saya kunjungi di kota Yogya ini adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku logam seperti tembaga, alumunium dan kuningan. Tempat yang akan saya kunjungi ini lokasinya di daerah Gunung Sempu, tepatnya di Tamantirto, kecamatan Kasihan, dan masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bantul. Karena lokasinya agak kedalam, dan tidak ada angkutan umum, maka saya menggunakan mobil sewaan.  


Ringroad Selatan Yogya


PIK gunung sempu, Yogya

Perjalanan saya mulai dari Bandara Adisucipto, setelah keluar areal bandara, kendaraan masuk ke jalan raya Yogya-Solo, lalu belok kiri menuju arah barat atau ke arah kota Yogya. Sesampainya di bawah jalan layang (fly over) Janti, lalu belok kiri menyusuri jalan ring road selatan kota Yogya. Karena saya belum pernah kesana dan pengemudi mobil sewaan yang mengantar saya juga sedikit ragu, apakah sudah pernah kesana atau belum, maka saya coba untuk mencari panduan di telepon seluler dengan menggunakan aplikasi google map. Menentukan lokasinya memang agal sulit, namun karena lokasinya berdampingan dengan pusat pendidikan pegawai provinsi daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), maka pusat pendidikan ini saya gunakan sebagai tujuan dalam aplikasi.

Mengikuti petunjuk aplikasi google map, arah yang disarankan adalah terus menyusuri ring road selatan ini hingga nyaris mencapai jalan raya wates. Artinya menyusuri jalan ring road selatan ini nyaris dari ujung ke ujung lainnya, dari ujung timur hingga nyaris keujung barat. Ketika menyusuri jalan ring road selatan ini dan melewati beberapa perempatan yang dilengkapi traffic light, kadang sempat terpikir jangan-jangan sudah kelewatan, namun petunjuk yang diberikan google map memang masih kedepan lagi. Ya untuk lebih, meyakinkan disamping mengikuti rute sesuai aplikasi juga memperhatikan rambu-rambu petunjuk yang menampilkan petunjuk menuju pusat prndidikan provinsi DIY. Begitu melihat tanda petunjuk plang kearah kiri yang terletak di median jalan ringroad selatan, saya segera beritahu pengemudi untuk belok kiri.

Setelah belok kiri, jalan pun berubah menjadi lebih kecil, dan hanya cukup untuk dilalui dua kendaraan dua arah. Mobil terus berjalan kearah selatan hingga sampai pada satu perempatan jalan yang menunjukkan bahwa disitu ada insdustri gula, yakni pabrik gula “madu kismo”. Saya sampaikan ke pengemudi, “mas ternyata ini pabrik gula ya?“ “betul pak”, jawabnya. “Oh...ini yang namanya pabrik gula Madu Kismo, selama ini saya hanya mendengar namanya saja, dan baru kali ini tahu tempatnya”, kata saya sambil tengok kiri tengok kanan, seperti turis yang sedang mengunjungi obyek wisata, hehehe......

Selain pabrik gula, didekatnya juga ada kantor kecamatan Kasihan. Sayapun segera mencatat nama kantor kecamatan ini biar tidak lupa, supaya ingat dan memudahkan untuk dijadikan panduan. Dengan mengingat nama kantor kecamatan itu, adalah untuk menandai perjalanan agar lebih mudah mencari jalan kembali jika nantinya mengalami kebingungan atau tersesat waktu mau kembali ke pusat kota Yogya. “tidak usah kuatir pak, di Yogya ini kondisinya tidak seperti di Jakarta, disini hampir semua jalan bisa dilalui tanpa hambatan”, kata si pengemudi. Hehehe.... saya hanya bisa tertawa kecil, dalam hati mengiyakan kata-katanya nya.   

Sampai di lokasi, saya langsung disambut tuan rumah dan diajak masuk ke ruang tamu dan dipersilahkan duduk. Sementara dibuatkan minuman, saya lebih suka berdiri dan melihat-lihat berbagai kerajinan yang ada di ruang pajangan. Ada banyak produk yang dipajang di meja dan tempat display disitu, mulai dari yang ukuran besar hingga yang kecil berupa pernak pernik barang-barang cinderamata. Saya lihat satu-satu, kadang saya amati kadang saya pegang-pegang sambil menanyakan tentang kegunaan alat atau benda yang dipajang, karena tidak semua terlihat sebagai bentuk cinderamata.

Gong acara peremian

Hiasan wayang

Kerajinan keris

Sebut saja misal Gong ukuran besar yang biasa digunakan untuk peresmian suatu acara, seperti rapat, seminar, lokakarya atau perayaan lainnya. Kemudian ada tempat penyimpanan sumbangan seperti kotak sumbangan pada acara pernikahan, yang tentu saja disini bentuknya tidak kotak tapi sudah dimodifikasi sehingga berbentuk lebih menarik. Kemudian ada lagi produk yang berbentuk seperti stupa candi borobudur, ternyata itu adalah tutup lampu yang umumnya dipesan oleh kantor atau hotel. Ada juga model piala seperti pila Thomas Cup, yang sepintas bentuknya terlihat beda dengan piala-piala masa kini yang terbuat dari plastik atau fiber.

Bel dan klintingan
nampan dan teko

Produk yang dihasilkan disini memang cukup banyak, namun hanya beberapa contoh saja yang saya tanyakan, saya tidak tahu berapa banyak jumlah item produknya. Namun dari sejumlah produk contoh yang ada rasanya tidak mungkin bagi saya untuk menanyakan seluruhnya. Selain itu, saya juga melihat produk yang yang sangat bagus yang sebagian sudah terbungkus plastik, produk ini berupa senjata tradisional masyarakat Jawa atau biasa disebut dengan keris.

Soal harga, disini jauh lebih murah dari harga yang dijual di toko atau di pusat-pusat souvenir.  Bisa sekian kali lipat katanya, karena disini adalah pusat industri nya, jadi wajar dong kalau harganya lebih murah ? ..........., sebut saja untuk harga Gong dihargai sebesar Rp.5 juta, nampan ukuran besar Rp.500 ribu, Teko Rp. 300 ribu, Wayang Rp.100 ribu untuk yang berbahan alumunium berwarna putih, sedangkan yang kuning Rp.150 ribu karena menggunakan bahan kuningan. Kemudian tempat sumbangan dibanderol seharga Rp.1 juta yang menggunakan bahan dari kuningan. Ada juga produk untuk papan nama yang digunakan pada kantor atau instansi dengan bahan stainless, juga tungku tembaga, bel, klontong sapi dan berbagai cenderamata lainnya, semuanya ditawarkan dengan harga yang lebih murah.

Souvenir wayang

Itu tadi soal produk dan harga, terus kapan ya..... pusat kerajinan ini berdiri ? saya coba tanyakan kepada pemiliknya ibu Endang Suatmaji. Menurut ibu yang baru saja pensiun dari PNS ini mengatakan, bahwa usaha ini dirintis oleh almarhum suaminya, Suatmaji pada tahun 1982. Jauh sebelum didirikan, awalnya hanya memproduksi kepala ikat pinggang atau gasper, kemudian ditambah dengan membuat gong kecil dan juga tempat lilin yang berlangsung antara tahun 1969 sampai 1970. Lokasinyapun bukan di tempat yang sekarang, namun berawal dari daerah Pujokesuman, kemudian pindah ke gambiran dan ber pindah2 sebanyak tiga kali hingga terakhir pada tahun 1997 ke daerah gunung sempu yang pada saat itu masih berupa kebun kosong.

Ketika saya berkunjung ke lokasi ini, suasananya produksinya terasa sepi, dan ini dibenarkan ibu Endang, karena sepeninggal suaminya, perkembangannya kurang pesat, salah satu nya adalah karena kurangnya inovasi. Sehingga sentuhan seni dan jiwa seniman dalam memproduksi kerajinan tentunya sangat berpengaruh besar bagi pengembangan selanjutnya. Dari beberapa anak mantu dan cucu yang saat ini ikut mengelola kerajinan, tidak seluruhnya tertarik untuk mengembangkan produknya, bahkan justru ada putrinya yang lebih tertarik dibidang usaha yang lain.

Piagam Rekor Muri

Produk yang masih diproduksi secara rutin adalah gasper untuk tas dan ikat pinggang dengan jumlah mencapai 4.000 buah per bulan nya. Sedangkan produk yang musiman, adalah keris dan klintingan tahun baru. Untuk pembelinya selain perorangan, perusahaan, dan para wisatawan asing, juga ada yang berasal dari pemerintah, seperti dari Kabupaten Kutai Kartanegara, Mamuju, dan juga Bengkalis. Bahkan pernah juga mendapatkan pesanan dari salah satu instansi pusat untuk membuat cinderamata yang khusus untuk diberikan kepada tamu asing yang berkunjung ke Indonesia.

Soal prestasi, menurut ibu Endang, prestasi yang pernah diraih adalah pernah mendapatkan rekor Muri dari Ketua Umum Museum Rekor Indonesia Jaya Suprana berupa penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia dengan Nomor 6582/R.MURI/VIII/2014 yang dianugerahkan kepada Suatmadji atas rekor pembuat klonthong (Kalung sapi) terbesar pada tahun 2014.

Nah bagi anda yang kebetulan berada di kota Yogyakarta, dan ingin mendapatkan cideramata atau produk lainnya dengan harga yang lebih murah, ataupun dengan kuatitas yang lebih banyak, bisa mengunjungi pusat kerajinan ini. Model produknya pun tidak harus ditentukan oleh produsen, namun anda juga bisa memberikan contoh atau desain cinderamata atau produk yang sesuai seperti yang anda inginkan. (Desember 2017)*** 



3 komentar:

  1. Mas mo taya bisa bikin gunungan wayang tinggi 9 meter nga ya ms

    BalasHapus
  2. Mo taya harga juga buat taman mas

    BalasHapus
  3. maaf pak mau tanya buka jam berapa ya pak??

    BalasHapus