Ayam Bakar Madamba di Kota Palu

Bila anda pernah mengunjungi kota Palu di Provinsi Sulawesi Tengah, jangan lupa dengan kuliner khas kota Palu. Salah satunya yang cukup terkenal adalah ayam bakar Madamba yang terletak di Kampung Biroman tepatnya di kawasan eks Pasar Biroman sekitar 15 – 20 menit perjalanan dari pusat kota Palu. Karena berlokasi di perkampungan, maka rumah makan ini berbentuk perumahan biasa, dan dari jalan raya ke arah kabupaten Sigi, belok kekanan masuk jalan kecil. Namun anda tidak perlu kuatir meskipun jalan masuknya relatif kecil, itu hanya merupakan akses masuk saja, setelah itu anda akan menjumpai deretan mobil-mobil yang parkir didepan rumah makan Madamba 1, Madamba 2 dan Madamba 3 yang hanya terpaut sekitar 20 meter dari jalan raya.

Jembatan Kota Palu

Pengunjung rumah makan ini memang cukup ramai, oleh karenanya bila kita hendak makan disini sebaiknya kita memesan terlebih dahulu, karena dikuatirkan akan lama menunggu ketika sudah sampai di lokasi. Karena banyaknya pengunjung tentu saja kita harus memilih waktu yang tepat, seperti saat-saat dimana pengunjung yang datang tidak terlalu banyak. Misalnya pada hari-hari kerja dan tidak menjelang weekend, karena ketika mendekati hari libur sabtu-minggu jumlah pengunjungnya pasti akan menjadi sangat ramai.

Madamba 1

Ayam bakar Madamba yang disajikan rasanya lumayan enak, karena berasal dari ayam kampung ukuran sedang atau dalam istilah setempat disebut ayam peranggang. Ketika digigit kelezatan ayam kampungnya sangat terasa sekali, agak kenyal dan tidak amis serta akan membuat kita tidak berhenti sebelum habis. Karena ukurannya bukan ukuran ayam yang besar tentu saja tidak cukup kalau hanya makan sepotong. Pengunjung akan disuguhi sebanyak 1 porsi atau 1 ekor utuh dan dapat dipastikan setiap pengunjung akan menghabiskan 1 porsi tersebut.

Menu Madamba-1

Sepintas kita akan teringat dengan ayam bakar Taliwang khas Lombok, yang ukurannya tidak jauh berbeda dengan ayam bakar Madamba ini. Namun ayam Madamba (yang artinya gembira) agak sedikit lebih besar, dan penyajiannya pun juga mirip-mirip. Kalau ayam Taliwang, ayamnya belum dipotong-potong dan tetap utuh menyatu, sedangkan ayam Madamba sdh disajikan dalam bentuk potongan. Sementara dari segi rasanya, ayam bakar ini mempunyai rasa yang cukup kompleks sama nikmatnya seperti ayam Taliwang namun agak sedikit lebih pedas dan bumbunya juga lebih banyak. Bumbunya apa ya...? pikir saya sejenak setelah menghabiskan satu porsi dan dua buah ketupat ukuran kecil.

Ayam Bakar Madamba




Kebetulan ada ibu Chili yang duduk tidak jauh dari tempat duduk saya, saya pun bertanya tentang bumbu yang digunakan. “itu rahasia” katanya, tapi tak apalah kan bukan formulanya tapi hanya soal kandungan bumbu yang digunakan. Menurutnya bumbu yang digunakan cukup banyak dan sangat bervariasi, diantaranya yakni, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, mrica, rica hijau, rica keriting, kecap, saos tomat, saus cabe, santan, daun pandan, juga garam dan gula. Pantas saja rasanya agak pedas karena memang menggunakan bumbu cabe dan saos cabe. Bila ada pengunjung yang merasa belum cukup pedas, maka rasa pedasnya boleh ditambahkan sendiri dan di meja disediakan cabe agar pengunjung dapat menambahkan cabe sesuai selera. 
 
Untuk menjaga kualitas ayam yang dimasak, menurut Chili, ada suplier yang datang setiap hari untuk mengantar ayam hidup, sedangkan pemotongannya dilakukan sendiri bersama pegawainya yang berjumlah sekitar 4 orang. Harga 1 porsi ayam bakar dibanderol Rp.85.000 sedangkan ketupat Rp.2.000 dan buras Rp.2000. selain itu juga ada cemilan kue putu, meskipun namanya kue putu namun berbeda seperti kue putu umumnya. Kue putu ini ternyata ketan putih dan ketan hitam yang diberi kelapa dan dibentuk bulat panjang seperti bentuk kue putu dan cara memakannya disertai dengan sambal teri. Kelihatan enak, tapi saya sudah tidak sanggup lagi untuk memakannya, “sudah kenyang” jawab saya ketika ditawari untuk mencicipi kue putu yang tersedia di meja.

Kue Putu

Rumah makan ayam bakar Madamba ini pertama kali dibuka oleh Hj.Indo Assa puluhan tahun lalu, dan tidak ada yang tahu persis kapan rumah makan ini dibuka. Bahkan menurut cucu-nya yang bernama ibu Chili yang saya temui ketika berkunjung ke Madamba 1, dia sendiri tidak mengetahui pesisnya kapan, “Pokoknya sudah lama” katanya, sejak dia belum lahir, yang kemudian dikelola secara turun temurun. Chili bersama saudara kandung nya Ita mewarisi salah satu Rumah makan Madamba, menurutnya keduanya megelola Madamba-2 dari ibunya Hj.Rostini yang bersaudara 8 orang namun hanya 3 diantaranya (1 laki-laki dan 2 perempuan) yang meneruskan untuk tetap membuka usaha ayam bakar, sedangkan saudara yang lain lebih memilih untuk menjadi pegawai.

Rumah makan Madamba buka setiap hari mulai pukul 19.00 hingga pukul 23.00, namun pada hari-hari menjelang week end (kamis – minggu), biasanya dibuka lebih awal sekitar pukul 16.00 dan tutup sekitar pukul 01.00 dini hari, dan hanya libur jika ada pesta seperti acara pesta perkawinan. Pada hari-hari biasa omset penjualan nya berkisar antara 50 hingga 70 porsi, namun pada hari kamis-minggu penjualannya meningkat hingga 100 porsi. 

Ruangan dalam rumah makan Madamba-1

Bagi yang berminat untuk menikmati ayam bakar Madamba ini, namun tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mendatangi rumah makan di kampung Biroman, bisa melalui “delivery order”. Menurut Chili, pesanan juga bisa melalui telepon dan diantar ke alamat pemesan dengan harga yang sama, tentu saja untuk wilayah kota Palu dan sekitarnya. Untuk pengantaran, hanya dikenakan biaya sebesar Rp.5.000 untuk sekali antar, cukup murah kan .....? Nah, bagi anda yang kebetulan sedang mengadakan perjalanan ke Kota Palu dan mempunyai hobi berkuliner, tidak ada salahnya untuk mencoba yang satu ini. (November 2017) ***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar