Siang itu setelah
menyelesaikan pekerjaan, saya ditawari oleh rekan untuk mengunjungi perbatasan
antar negara, yakni perbatasan antara Indonesia dengan Papua New Guinea (PNG)
di daerah Skouw. Tawaran ini tentu saja sangat menarik dan sayang jika
terlewatkan begitu saja, ini kesempatan untuk menikmati wisata perbatasan. Mumpung masih di Jayapura, maka saya langsung
mengiyakan, tanda bahwa saya setuju untuk pergi kesana. Meskipun waktunya
sangat terbatas karena hari sudah
semakin siang dan sudah melewati jam 12 siang, maka saya dan 3 orang rekan yang
asli Jayapura mengantarkan saya mengunjungi perbatasan.
PLBN Skouw
Untuk menuju Pos Lintas
Batas Negara (PLBN) Skouw, saya dan rekan menggunakan kendaraan bermotor roda
empat, karena jarak dari kota Jayapura ke perbatasan Skouw relatif tidak
terlalu jauh hanya berjarak sekitar 60 km saja. Sedangkan waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai pos perbatasan ini, kurang lebih 90 menit atau satu setengah jam
dari pusat kota Jayapura. Sejak meninggalkan kota Jayapura, jalan
raya yang dilalui umumnya relatif cukup baik, bahkan boleh dibilang mulus.
Jalan yang kurang baik hanya di sekitar daerah Koya. Disini jalanan relatif
tidak mulus, sepertinya mulai rusak dan berdebu. Meskipun bisa saja langsung
menuju Skouw melalui jalan utama yang beraspal baik, namun karena belum makan
siang, tentu saja harus berhenti dulu di rumah makan di daerah Koya untuk menyantap
dan menikmati ikan goreng yang menjadi menu khas di daerah ini.
Relief di pagar
tembok Rumah Makan
Ketika saya turun dari mobil
yang saya naiki, saya memandang sekeliling, ternyata disana sudah ada beberapa
kendaraan pengunjung yang parkir lebih dahulu. Saya berjalan masuk melalui
jembatan kecil dan pintu gerbang berbentuk seperti gapura jaman dahulu yang
terbuat dari batu, yang sepintas mirip pintu candi. Kemudian didalam rumah
makan tersebut terdapat kolam ikan yang cukup luas dengan pohon-pohon
disekitarnya yang dibalut kain motif kotak-kotak sehingga memberikan nuansa
budaya Bali. Sedangkan di sepanjang pagar pembatas terdapat relief wanita Papua
yang duduk dan berdiri berjajar. Kemudian washtafel tempat cuci tangan juga
dilengkapi relief seorang laki-laki yang sedang mengangkat washtafel tersebut,
sementara seorang wanita berdiri dengan memegang ciduk air tradisional yang
terbuat dari batok kelapa.
Ada satu hal yang cukup
menarik di rumah makan ini, yakni adanya sebuah spanduk iklan susu yang
terkenal produk Nestle. Bagi saya, bukan iklan nya yang menarik untuk dilihat, dan
tidak ada maksud apapun dengan iklan ini, tapi bahasa yang digunakan untuk
iklan tersebut cukup menarik buat saya. “Drink Wanpla Tin Bear Brand Olgeta
Dei, Na Strogim Bodi Blong Yu Stap Helti”. Teman saya bilang itu adalah bahasa
keseharian masyarakat PNG, Bahasa Inggris PNG, katanya. Saya baca
berulang-ulang, sepertinya memang bahasa Inggris, tapi ini artinya apa ya ....?
Tak tahulah, tapi yakin bagi kita yang mengerti bahasa Inggris pasti bisa faham
dan bisa ngerti maksudnya, kurang lebih agar pembaca minum sekaleng susu setiap
hari supaya badan tetap sehat.
Tanpa terasa hari semakin
sore, jam sudah menunjukkan pukul 15.30, ini berarti harus segera mencapai
perbatasan, karena jam 16.00 perbatasan akan ditutup di kedua sisinya. Saya
bergegas naik ke mobil, dan sesegera mungkin bisa sampai di Skouw. Karena
terburu-buru dan dikejar waktu, tentu saja jadi lupa menanyakan nama rumah
makan tadi, mulai kapan dibuka dan menu apa saja yang tersedia. Tak apalah,
mungkin dilain kesempatan bisa mampir kesini lagi, yang terpenting saat ini
adalah mengunjungi perbatasan.
Tak lama kemudian, akhirnya
sampai juga saya di Skouw, waktu sudah menunjukkan hampir jam 16.00 sore. Suasana
sekitar PLBN sudah sepi dan pengunjung atau pelintas batas sudah tidak banyak
terlihat, hanya satu dua orang saja yang masih terlihat melintas masuk wilayah
Indonesia. Sebelum masuk ke area PLBN,
mobil yang saya naiki dihentikan oleh anggota TNI yang menjaga perbatasan,
mereka menanyakan tujuan pergi ke Skouw. Tentu saja tujuannya adalah untuk
jalan-jalan dan melihat fasilitas serta sarana yang ada di PLBN Skouw ini.
Lebih dari itu tentunya bisa memasuki wilayah PNG meskipun hanya untuk beberapa
menit saja.
Berfoto di wilayah
PNG
Tentara PNG mendorong
mobil
Terminal bus di
wilayah PNG
Jika melihat waktu, pastinya
beberapa menit lagi perbatasan akan ditutup, sehingga keinginan untuk bisa
masuk ke wilayah PNG kemungkinan sangat kecil. “Sebentar pak”, kata teman saya,
kita minta izin sebentar ke pihak PNG untuk masuk ke PNG sebelum gerbang
ditutup, mudah-mudahan diizinkan. Akhirnya saya dan seorang teman yang asli
Papua diizinkan masuk PNG melalui pintu imigrasi, namun tentu saja tidak boleh terlalu jauh dan hanya disekitar
pos lintas batas saja. Disitu ada terminal, penjual souvenir dan juga
perkantoran serta asrama bagi petugas PNG. Karena sudah jam 16.00 lewat, maka
saya segera kembali ke pintu gerbang, keluar dari wilayah PNG dan kembali masuk
ke wilayah Indonesia. Ternyata bukan saya yang terakhir masuk, karena dibelakang
saya nampak warga lokal mendorong gerobak sorong dari wilayah PNG membawa buah
pinang dan beberapa barang belanjaan lainnya.
Barang belanjaan dari PNG
Di area PLBN Skouw, yang
konon luasnya sekitar 10 ha lebih, terdapat beberapa gedung yang berdiri megah
dengan ornamen-ornamen yang yang khas sesuai budaya setempat. Kemudian juga ada
gedung untuk pemeriksaan imigrasi, beacukai, klinik kesehatan, kebersihan dan juga
gedung-gedung lainnya. Selain itu, juga terdapat monumen Garuda Pancasila, monumen
perjanjian antar kedua negara, dan menara suar perbatasan RI-PNG. Gedung PLBN
di Skouw ini selain terlihat megah, juga dilengkapi dengan berbagai sarana dan
prasarana yang lengkap. Seluruh fasilitas yang ada terlihat masih bagus
sehingga memberikan kesan mewah yang tentunya menjadi sangat kontras bila
dibandingkan dengan kondisi pos yang ada di PNG. PLBN di Skouw memang masih
baru dan belum lama diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo, tepatnya pada pada
tanggal 9 Mei 2017 lalu.
Pos Perbatasan Skouw
Selain itu, di dalam PLBN
Skouw ini juga terdapat pasar tradisional yakni Pasar Skouw yang biasa
digunakan untuk transaksi jual beli berbagai barang kebutuhan masyarakat di
wilayah perbatasan, khususnya bagi masyarakat PNG. Namun sayangnya, saat
kedatangan saya ke Skouw kali ini, saya tidak bisa menyaksikan bagaimana
suasana pasar Skouw yang sebenarnya. Kondisinya terlihat berantakan, jalan
utama sedang dalam proses perbaikan, begitu juga dengan pasar, masih dalam
proses pembangunan. Saya yakin dalam beberapa bulan kedepan setelah proses
pembangunan ini selesai, kawasan Skouw tentunya akan menjadi lebih baik lagi,
lebih menarik dan lebih berkembang.
Proses pembangunan di
Skouw
Tidak terasa, jam sudah menunjukkan
pukul 17.00 lewat, matahari sudah condong ke barat, dan sebentar lagi hari akan
gelap. Saatnya bagi saya dan juga teman yang mengantar untuk segera kembali ke
Kota Jayapura. Meskipun tidak terlalu lama berada di Skouw dan tidak bisa
melihat suasana keramaian di pasar perbatasan, serta kondisi pasar Skouw dan
jalan didepannya yang masih dalam proses pembangunan, namun saya tetap
bersyukur karena hari ini masih diberi kesempatan untuk memasuki wilayah PNG
meskipun hanya untuk beberapa menit saja. Inilah perjalanan singkat saya ke
PLBN Skouw sekaligus juga menjadi perjalanan singkat ke luar negeri dengan berjalan
kaki. (September 2017)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar