Siang hari setelah menyelesaikan tugas pekerjaan di
kota Salatiga, saya diantar menuju bandara Ahmad Yani Semarang untuk kembali ke
Jakarta. Pak Agus yang sekalian akan pulang ke kota Kendal duduk di sebelah
saya mengatakan bahwa saya harus makan siang dulu sebelum sampai di bandara. Menurutnya,
di daerah Salatiga ini ada kuliner yang cukup terkenal, “Sate Blotongan”
namanya. “kuliner ini enak dan cukup terkenal, pak Budi bisa mencoba”,
katanya. Sayapun mengiyakan, “boleh
pak, waktunya juga masih cukup”.
Karena cuaca mendung dan suasana hujan
rintik-rintik, pengemudi yang membawa kendaraan juga tidak terlalu hafal,
rupanya warung sate Blotongan yang dimaksud sudah terlewat, maka apa boleh buat,
terpaksa putar balik. Tak apalah yang penting bisa mencicipi sate Blotongan
khas Salatiga. Posisi warung yang sebenarnya nya berada di sebelah sisi kiri
jalan jika dari arah kota Salatiga menuju ke Semarang. Karena sudah terlewat,
dan harus putar balik kembali kearah Salatiga, maka posisi warung nya sekarang
berada di sisi kanan jalan.
Sate Blotongan
Papan nama
Setelah turun dari kendaraan, dan hujan masih
rintik-rintik, saya perhatikan sejenak plang nama yang berdiri pada tiang
didepan rumah makan tersebut. Plang Nama berwarna kuning tersebut tertulis
dengan huruf kapital, “Rumah Makan Sate Kambing Muda, Jl. Blotongan-Salatiga. Tempat
penjualan sekaligus tempat makan berupa rumah tinggal biasa dengan model
bangunan tradisional Jawa Tengah. Ketika kita masuk akan terlihat 4 buah tiang
kayu utama seperti model joglo berwarna gelap dan langit-langit bercat putih. Di ruangan ini para pengunjung bisa pesan dan
langsung menikmati sajian di tempat.
Secara umum bagian dalam dalam rumah makan
didominasi dengan tembok berwarna hijau,
dan sebagian lagi menggunakan anyaman bambu yang diberi warna gelap. Meja dan
kursi-kursi nya terbuat dari kayu yang juga berwarna gelap. Didinding ditempel daftar
menu dan keterangan mengenai jam tutup yakni pukul 22.00 WIB. Jika membaca
daftar menunya tentu saja rumah makan ini tidak hanya menjual sate tapi masih
ada menu lainnya yang cukup banyak. Ada sate ayam, ayam goreng, pecel lele,
tongseng sapi, sop iga kambing, tengkleng, gule, nasi goreng telur, nasi goreng
ayam, nasi goreng daging dan tersedia juga iga bakar maupun iga penyet. Selain
makanan ada juga menu berbagai jenis minuman baik panas maupun dingin, dan juga
tersedia wedang secang.
Daftar menu
Ketika menunggu pesanan, saya berjalan ke ruang
depan menuju etalase. Di etalase tidak ada daging kambing yang tergantung
seperti umumnya warung sate. Saya amati sejenak di dekat etalasi ada dua nampan
yang sudah terisi sate yang masih mentah dan dua panci berisi air bumbu, mungkin
ini sate yang sudah siap untuk dipanggang. Kemudian saya berjalan kearah depan
kanan dan melihat deretan nampan berisi daging yang sudah ditusuk dengan gagang
sate dan daging yang masih dalam potongan-potongan kecil.
Etalase depan
Sate yang sudah diberi bumbu
Potongan daging yang akan disate
Memanggang sate didepan etalase
Dari keterangan yang saya peroleh ternyata rumah
makan ini pertama kali dibuka pada tahun 1971 oleh pak Masyhudi yang awalnya
hanya berupa kaki lima di kota Salatiga. Setelah berkembang kemudian pindah ke
daerah Blotongan pada tahun 1980an yang berada di tepi Jalan Raya Salatiga-Semarang. Saya sempat
bertanya dengan salah seorang perempuan yang berada di ruang depan kanan, entah
itu anaknya, menantunya atau pegawainya, saya tidak tahu, tetapi dia tahu banyak
mengenai sate Blotongan ini. Menurutnya, disebut sate Blotongan karena memang
berlokasi di desa Blotongan, kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Jadi lokasi
yang sebenarnya bukan lagi di wilayah kota Salatiga, tapi orang lebih mengenal
dengan nama Sate Blotongan Salatiga.
Rumah makan Sate Blotongan ini sepeninggal Masyhudi kemudian dikelola oleh Helmi puteranya yang merupakan putera kedua almarhum. Hingga saat ini sudah ada sekitar 3 cabang yang lokasinya berdekatan, salah satunya di candi 1. Sate Blotongan ini penggemarnya cukup banyak bahkan bisa dikatakan laris, jika pada hari biasa bisa menghabiskan 2 ekor kambing, maka pada hari libur penjualan meningkat mencapai 3 hingga 4 ekor perharinya. Untuk harganya, satu porsi Sate Blotongan dihargai sebesar Rp.45.000,- belum termasuk nasi putih dan minuman, jika anda pesan jeruk dikenakan Rp.4.000,- dan teh Rp.3.000,-
Rumah makan Sate Blotongan ini sepeninggal Masyhudi kemudian dikelola oleh Helmi puteranya yang merupakan putera kedua almarhum. Hingga saat ini sudah ada sekitar 3 cabang yang lokasinya berdekatan, salah satunya di candi 1. Sate Blotongan ini penggemarnya cukup banyak bahkan bisa dikatakan laris, jika pada hari biasa bisa menghabiskan 2 ekor kambing, maka pada hari libur penjualan meningkat mencapai 3 hingga 4 ekor perharinya. Untuk harganya, satu porsi Sate Blotongan dihargai sebesar Rp.45.000,- belum termasuk nasi putih dan minuman, jika anda pesan jeruk dikenakan Rp.4.000,- dan teh Rp.3.000,-
hot plate
Disajikan dengan bumbu terpisah
Ketika sate yang dipesan datang, satenya
ditempatkan pada hot plate berupa piring logam berwarna hitam yang berfungsi
untuk mempertahankan sate agar tetap hangat untuk beberapa waktu. Sate nya
lumayan enak ketika masih hangat apalagi bila dicampur secara merata dengan
bumbu yang telah disediakan. Jadi makan
sate disini harus cepat dan segera dihabiskan, kalau tidak akan segera menjadi
dingin dan tidak menarik lagi bagi mereka yang giginya bermasalah. Tapi
ternyata ada juga sate yang terlambat dimakan sehingga menjadi dingin, dan
untuk mengunyahnya, harus dengan gigitan yang ekstra. Hehehe ...... (Maret 2018)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar