Ini kali pertama
saya bertugas ke kota Salatiga, kota yang bersih, sejuk, indah, aman, dan
nyaman, begitu katanya. Meskipun bukan kota besar, namun jarak dari ibukota
provinsi Jawa Tengah tidaklah terlalu jauh, mungkin hanya sekitar satu atau dua
jam perjalanan saja dari bandara Ahmad Yani Semarang. Apalagi sarana jalan
sangat memadai, selain jalan raya Semarang – Solo yang sangat baik juga ada
jalan bebas hambatan Trans Jawa yang memungkinkan untuk lebih cepat sampai di
tujuan.
Siang itu, setelah
mendarat di bandar udara Ahmad Yani Semarang, saya melanjutkan perjalanan
dengan mobil menuju Salatiga. Sepanjang perjalanan melalui jalan tol, saya
duduk dibelakang sambil melihat kiri kanan menikmati suasana jalan yang dilalui.
Namun sebelum sampai di tujuan kendaraan yang saya naiki keluar di gerbang tol
Bawen dan menyusuri jalan raya Semarang – Solo. Teman yang menjemput mengatakan
bahwa karena hari sudah siang, maka kita harus mampir dulu ke “Kopi Banaran” katanya. Siang-siang gini minum kopi ? pikir saya
sesaat. Tapi tak apalah mungkin ini tempat ngopi yang terkenal sehingga saya
diajak mampir untuk menikmati kopi terlebih dahulu.
Plang nama Kampoeng Kopi Banaran
Cafe Banaran
Tepat disebuah
tikungan, kendaraan berbelok kekanan dan memasuki sebuah café yang didepannya
terdapat tulisan besar-besar berwarna merah lengkap dengan gambar ilustrasi
cangkir kopi berwarna hijau. Tulisan itu berbunyi “Kampoeng Kopi Banaran”. Setelah
memasuki halaman café, terlihat area parkir kendaraan yang relatif sangat luas
dengan pohon-pohon hijau disana-sini sehingga memberikan sedikit keteduhan
meskipun siang itu udara sangat panas. Sambil berjalan masuk kedalam café,
teman saya bilang bahwa café ini milik perusahaan perkebunan, yang merupakan unit usaha dan dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IX
(PTPN IX).
Mushola An-Anshar
Karena hari ini
adalah hari jumat dan jam ditangan sudah menunjukkan saatnya waktu untuk sholat
Jumat, maka urusan kopi dan makan siang tentu saja harus ditunda dulu dan
dilanjutkan nanti setelah sholat Jumat. Kebetulan di areal café Banaran ini
dilengkapi dengan sebuah mushola, dan kebetulan juga menyelenggarakan sholat
Jumat, maka tidak perlu jauh-jauh keluar mencari Masjid, cukup disebelah kiri
café sudah tersedia sarana ibadah yang memadai.
Selesai sholat
Jumat, segera kembali ke meja makan, sambil membaca menu yang ditawarkan, saya
memesan nasi pecel, sedangkan teman lainnya memesan nasi ayam kremes dan nasi
soto. Nasi pecel ala café Banaran ini terdiri nasi putih dan sayuran, seperti
kol (kubis), bayem, kacang Panjang, toge, dan juga irisan mentimun serta
ditambahkan tempe, tahu dan kerupuk. Selain itu teman-teman juga menambahkan
cemilan berupa 1 porsi tahu goreng yang yang dilengkapi dengan bumbu kecap.
Nasi Pecel Banaran
Cemilan tahu goreng
Nasi ayam kremes
Nasi Soto
Selesai dengan
urusan makan, maka saatnya untuk duduk santai sambal menikmati kopi tentunya.
Kopi Banaran ini dihidangkan dalam sebuah cangkir berwarna putih, kopi tanpa
gula ini lumayan enak, meskipun saya hobby minum kopi namun saya sendiri tidak
bisa membedakan jenis-jenis kopi, bagi saya yang penting enak dengan takaran
yang pas. Kopi saya sruput tanpa gula, memang terasa agak pahit, tapi ini
memberikan cita rasa kopi yang sesungguhnya. Setelah itu saya beri gula dan
mulai untuk mencoba membedakan rasa. Sepintas memang enak yang manis, tapi
sesungguhnya lebih enak yang tanpa gula.
Kopi Banaran
Kopi Luwak banaran
Bagi anda yang sering melewati jalan raya Semarang-Solo, tentu kampoeng
kopi ini sudah tidak asing lagi. Namun bagi anda yang belum pernah atau jarang
melewati daerah ini, tidak ada salahnya jika anda mampir untuk sejenak menghilangkan penat
atau sekedar untuk mencicipi kopi nya. Lokasi
Kampoeng Kopi Banaran ini tepat berada di tepi Jalan Raya Semarang-Solo di km. 1,5 Bawen, yang
masuk dalam wilayah Kabupaten Semarang, Provinsi
Jawa
Tengah 50661. Untuk memudahkan dalam mencari lokasi, selain dengan aplikasi google map, ternyata kampoeng Kopi
Banaran ini hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari Terminal Bawen. Selain itu, juga tidak terlalu jauh dari pertigaan jalan menuju gerbang tol Bawen. (Maret 2018)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar