Sore itu saya menerima sebuah pesan melalui WA yang datang dari seorang
kerabat yang tinggal di Yogya. Pesannya singkat saja, bahwa saya akan dijemput
setelah magrib di hotel tempat saya menginap, hotel Sahid Rich Yogya yang terletak
di jalan Magelang. Kami memang sudah lama tidak ketemu, terakhir mungkin ketika
masih sekolah di SD atau SMP, dan boleh dibilang sudah lebih dari 30 tahun lalu.
Namanya Aris seorang atlit sekaligus
pelatih olah raga “tarung derajat” yang sudah lama bekerja dan menetap di kota
Yogya.
Benar saja, setelah menunaikan sholat magrib saya berdiri menunggu di
lobby hotel, dan tak lama muncul dihadapan saya seseorang yang mengendarai
sepeda motor jenis Yamaha Nmax. Meskipun lama tidak ketemu tapi saya masih
ingat betul wajahnya, meskipun sekarang jauh lebih berumur tapi raut wajah nya
masih tetap sama seperti dulu. “Dik, kita naik motor saja ya, tidak apa-apa
kan?” katanya. “tidak masalah mas”, jawab saya meyakinkan bahwa saya sangat setuju
naik motor, apalagi motornya tergolong sepeda motor yang cukup nyaman dengan
body yang relatif lebih besar dari sepeda motor umumnya.
Setelah saya membonceng duduk di jok bagian belakang, sepeda motor pun
segera meluncur di jalan raya. Mas Aris mengatakan bahwa dia akan mengajak saya
makan malam terlebih dahulu sebelum silaturahmi kerumahnya. “Kita makan malam
dulu ya, mau sate?” tanya nya. “Siap mas, tidak ada pantangan yang penting
halal”, jawab saya. Maka sepeda motor pun dipacu menyusuri jalan ring road
utara kota Yogya, setelah itu berbelok dijalan yang penuh dengan keramaian dan
nampaknya mirip-mirip daerah kuliner.
Warung sate kambing Bungur Indah
Jalan Godean Yogyakarta
Saya tidak ingat, sudah berapa kali belok, yang jelas sepeda motor nya
kemudian berhenti di sebuah warung sate di tepi jalan yang ramai. Warungnya
bercat hijau dibagian atas dan disebelah bawahnya dilapisi dengan keramik warna
coklat gelap, sementara jendelanya juga berwarna cokelat. Pada dinding luarnya terdapat
papan nama dengan warna dasar biru bertuliskan “Sate kambing Munggur Indah” dengan
alamat di jalan Godean Km.7, dan tak ketinggalan disertai pula dengan gambar
kepala kambing.
Setelah masuk dan duduk didalam warung, mas Aris segera memesan dua
porsi sate dan dua porsi tongseng. “warung ini langganan saya” katanya. Saya
mengangguk dan yakin bahwa saya diajak ke tempat kuliner yang tepat. Sambil
ngobrol, saya memandang sekeliling dan beberapa kali membidikkan camera di
telepon seluler saya untuk membuat foto-foto suasana dalam warung.
Tak lama setelah dipesan, tongseng dan sate pun datang, sate nya tanpa
tusukan dan yang disajikan dalam piring dengan bumbu kecap dan potongan
mentimun. Satenya memang tanpa tusukan karena proses pembakaran sate disini
menggunakan jari-jari sepeda, sehingga saat daging satenya matang, tusukannya
dilepas dan daging satenya disajikan di piring dengan bumbu kecap diatasnya.
Sementara tongsengnya juga disajikan dalam sebuah piring, hanya saja untuk sayur
kol atau kubisnya tidak dimasak bersama daging kambingnya, tapi disajikan dalam
piring yang berbeda.
Sate Bungur Indah
Tongseng Bungur Indah
Ukuran porsinya memang kecil, daging tongseng ataupun sate yang
disajikan juga tidak terlalu banyak, sehingga kita bisa memesan sekaligus sate
dan tongseng untuk dinikmati secara bersamaan. Rasa daging nya enak, empuk dan
tidak ada kesan alot sama sekali. Selain itu bumbunya juga terasa dengan aroma
yang khas seperti aroma bumbu yang disertai dengan aneka rempah tradisional.
Soal harga, jelas relatif sangat murah atau mungkin cukup murah bila
dibandingkan dengan daerah lain. Untuk satu porsi sate dihargai sebesar
Rp.17.000,- dan untuk tongseng dengan harga yang juga sama yakni Rp.17.000,-
tapi untuk tengkleng Rp.14,000,- dan gulai hanya Rp.12.000,- sedangkan nasi
putih dihargai Rp.3.000,- sementara untuk minuman berkisar antara 3.000 hingga
5.000 Rupiah, murah bukan? Jika anda berminat silahkan dicoba, siapa tahu
rasanya sesuai dengan cita rasa yang anda inginkan. (Maret 2018)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar