Siang itu setelah mendarat di
Bandarara Adisucipto Yogyakarta, saya mendapat telepon dari teman, “dijemput ya…?”
katanya, dan sayapun mengiyakan setuju untuk dijemput. Setelah dijemput, saya tidak langsung diantar
ke hotel tempat saya menginap tapi justru diajak untuk makan siang terlebih
dahulu. Siang itu saya diperkenalkan dengan kuliner yang cukup terkenal di kota
kecamatan Wedi di wilayah Kabupaten Klaten. Ada satu kuliner yang cukup enak di
daerah ini, namanya sate “Tali Roso”. Sate
ini pada dasarnya sama seperti sate kebanyakan yang umumnya bisa kita temui di banyak
tempat. Namun ada sedikit perbedaan, sate yang satu ini ternyata memberikan
rasa bumbu kecap yang berbeda. Dengan rasa yang khas dan belum pernah saya rasakan
sebelumnya, maka sate ini pun menjadi menu makan siang yang cukup mengesankan. Orang
menyebutnya sate “Tali Roso”, lokasinya terletak disisi barat jalan raya Wedi kearah
Bayat, atau sekitar empat kilometer dari jalan raya Yogya–Solo bila
melewati Bendogantungan. Dari
Bendogantungan ini kita bisa menyusuri jalan raya Wedi kearah selatan hingga sampai
di pertigaan tugu dan Pasar Wedi, maka kita akan menemui deretan toko-toko dan
beberapa warung makan, salah satunya adalah warung sate ini. Warung sate “Tali
Roso” berada dideretan sebelah selatan
pasar Wedi atau disebelah barat PTPN Perkebunan Tembakau Wedi-Birit.
Secara kebetulan seorang teman
yang tinggal di Kota Kecamatan Wedi kabupaten Klaten tidak jauh dari lokasi
warung sate ini, mengajak saya untuk berkuliner disekitar kediamannya. Setelah
menjemput saya di bandara Adi Sucipto Yogyakarta, saya langsung diajak menuju
Kota Wedi yang berjarak sekitar 20 menit perjalanan dari Bandara. Keluar dari
lokasi bandara, kendaraan yang saya tumpangi meluncur menuju Wedi melalui
Prambanan, setelah beberapa menit melewati Prambanan lalu belok kanan melalui
stasiun Srowot. Jalan ini menurut nya merupakan jalan pintas menuju Wedi,
karena dapat menghemat setengahnya bila dibandingkan lewat jalan raya
Yogya-Solo yakni bila melalui simpang Bendogantungan. Jalan melalui Srowot ini
tidak tidak terlalu lebar tapi cukup untuk berpapasan dan relatif beraspal
baik, tanpa macet dan tentu saja lebih cepat sampai di tujuan.
Kota Kecamatan Wedi
Warung sate “Tali Roso”
Memesan sate di warung ini tidak
memerlukan waktu yang lama, ketika saya datang dan memesan sate, pesanan pun
datang dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama. Maklum saja hari itu hari
kerja sehingga tidak terlalu banyak pengunjung yang datang. Selain menjual
sate, warung ini juga menjual gule, konon katanya, gule disini juga cukup enak,
namun sayang karena saya sudah merasa kenyang, sayapun tidak sempat lagi untuk
mencicipi gule “Tali Roso” ini. Mungkin dilain waktu saya bisa datang lagi dan
bisa mencicipi gulenya.
Rasa sate “Tali Roso” ini lumayan enak,
karena memberikan sensasi rasa yang berbeda dengan sate-sate pada umumnya,
Satenya dibakar tidak menggunakan tusukan sate dari bambu seperti pada umumnya,
tapi menggunakan jari-jari sepeda sebagai penusuk dagingnya. Setelah matang
daging satenya dilepas dari tusukannya dan diletakkan di piring setelah itu
diberi bumbu. Bumbu kecap dengan rasa rempah-rempah terasa sangat dominan, ada
rasa seperti lada dan merica, dan entah bumbu apalagi saya tidak tahu pasti. Tapi
saya merasakan ada rasa yang sedikit agak pedas, mungkin juga ada sedikit cabai
didalamnya.
Sate “Tali Roso”
Bakar sate dengan jari-jari Sepeda
Pemilik Warung ibu Tri Sumarno
Karena
enak, tentu saja rumah makan ini banyak dikunjungi oleh berbagai kalangan,
mulai dari penduduk setempat hingga para pelanggan yang berasal dari daerah-daerah lain yang umumnya datang
untuk berkuliner pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu. Warung dibuka mulai pukul
09.00 pagi hingga pukul 16.00 atau 17.00, bahkan terkadang sebelum jam tutup
pun dagangan sudah habis. Menurut ibu Tri Sumarno pemilik warung sate “Tali
Roso”, warungnya buka pertama kali pada tahun 1990, tepatnya di bulan Oktober 1990.
“Baru buka langsung laris”, katanya, dalam sehari bisa menghabiskan 3 ekor
kambing ukuran besar yang diperoleh dari hasil penyembelihan sendiri. Sedangkan kambing dibeli dari wilayah lain
seperti Cawas, Pedan dan juga Prambanan.
Gule “Tali Roso”
Untuk melayani pembeli, ibu Tri dibantu oleh
kerabatnya hingga mencapai 6 orang mulai dari memasak hingga menyajikan kepada
pelanggan. “Kalau hari libur seperti Sabtu dan Minggu, ramai banget mas, dan
pastinya tidak sempat untuk ngobrol seperti ini”, kata bu Tri sambil menusukkan
jari-jari sepeda ke daging yang dipotongnya. Satu ruas jari-jari ini bisa untuk
satu porsi, harga satu porsinya Rp.30.000,- termasuk nasi putih dan satu gelas
minuman. Sate disajikan dalam piring dan dilengkapi dengan sayuran seperti kol,
tomat dan mentimun. Sedangkan harga satu porsi gule dihargai
sebesar Rp.25.000,-. Bagi anda yang hobby dengan sate, tentu tidak ada
salahnya jika mencoba untuk mencicipi sate “tali Roso” ini. (Des 2016)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar