Kuliner malam di seputaran
Jawa Tengah dan Yogyakarta terkadang identik dengan mie godog atau mie Jawa,
karena jenis kuliner inilah yang banyak dijajakan menjelang malam hari mulai
dari kaki lima di trotoar jalan hingga di resto-resto besar. Kalau kita ke Yogya atau Solo dan kota-kota
sekitarnya pasti akan kita jumpai banyak penjaja mie jenis ini, dengan rasa
yang menurut saya tidak jauh berbeda. Rasanya sama saja, sama-sama enak menurut
saya, apalagi kalau sedang lapar. Kali ini saya kuliner mie Jawa, tapi bukan di
Jakarta, Yogya atau Solo, tapi di kota Purwokerto, kota yang nyaris jarang saya
kunjungi untuk urusan pekerjaan.
Bakmi Jowo mbah Darmo
Ketika di Purwokerto, seorang
teman yang berprofesi sebagai dosen sekaligus dokter ahli yang cukup terkenal
di kota itu mengajak saya reuni, maklum lama tidak ketemu. Jadi kesempatan berkunjung
ke Purwokerto ini, tentu saja harus dijadikan momentum untuk menjalin silaturahmi.
Menjelang malam setelah menyelesaikan rutinitas pekerjaan, saya di jemput di
lobby hotel Aston tempat saya menginap, kemudian diajak keliling kota melihat
suasana Purwokerto di waktu malam.
Kota Purwokerto memang tidak
terlalu besar, namun semua kebutuhan masyarakat termasuk sarana hiburan malam
suasana kota dan pusat perbelanjaan tersedia seperti layaknya sebuah kota
besar. Meskipun tidak terlalu besar Purwokerto merupakan kota terbesar di
wilayah Jawa Tengah Bagian Barat. Satu2 nya pula kota yang memiliki stasiun
besar di kawasan ini.
Setelah keliling kota dan
mengenal beberapa tempat termasuk tempat kerjanya, maka kini giliran mencari
tempat untuk kuliner. Awalnya mendatangi sebuah tempat makan Nasi goreng babat
Ungaran “nYliKito” yang terletak di jalan Sudirman Timur, meskipun tempatnya
sepintas nampak sederhana, namun ternyata banyak orang yang antri memesan,
bahkan ketika bertanya untuk order ternyata sudah habis. Terpaksa keliling kota
lagi mencari alternatif lain yang mungkin masih buka dan masih tersedia.
Mobil Pajero warna putih
yang membawa saya memutari kota, akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan
yang terletak di areal SPBU (stasiun Pompa Bahan Bakar Umum) atau Pom Bensin
jam 21.37. Saya pikir mau isi solar untuk mobil, ternyata di dalam pom bensin
ada resto yang menjual aneka makanan dan minuman. Namanya “Warung Mbah Darmo”
berlokasi di areal SPBU Arcawinangun Purwokerto, yang menyediakan menu utama
berupa mie Jowo, dan itu terlihat dari banner yang terpampang di depan pintu
masuk resto. Warung mbah Darmo buka setiap hari mulai jam 10.00 dan tutup jam
22.00. kalau sekarang sudah jam 21.37 berarti beberapa menit ke depan resto nya
akan ditutup. Hehehe........ masih sempat atau tidak nih buat mencicipi mie
godognya ?
Bangunan resto ini terlihat
cukup representatif dengan lingkungan yang bersih dan nyaman untuk dikunjungi.
Lantai bangunan sedikit lebih tinggi dari posisi jalan, sehingga ketika saya
masuk kedalam harus menapaki sekitar 4 anak tangga untuk masuk ke Warung mbah
Darmo ini. Suasana di dalam resto nampak bersih dengan dominasi warna bata pada
dinding dan warna coklat gelap pada meja kursi pengunjung. Didekat tempat duduk
yang saya pilih, ada etalase model gerobak tanpa roda yang dilengkapi dengan
pegangan.
Ketika rekan saya memesan
mie godog, saya juga memilih pesanan yang sama, karena temanya mie Jowo maka
harus pesan mie, tapi setengah porsi sajalah karena rasanya perut masih cukup
kenyang, masa tidak pesan makan ....? sedangkan untuk minumannya, saya lebih
suka memilih jahe panas, biar tetap hangat dan agar lebih menyehatkan tentunya.
Mie godog mbah Darmo ini
bentuknya pipih dan agak sedikit lebih besar bila dibandingkan dengan mie pada umumnya. Mie disajikan dalam piring dengan
suwiran ayam kampung dan ditaburi bawang goreng dan irisan daun seledri. Rasanya
.....? tentu saja enak, tak kalah dengan mie godog ditempat lain. Namun soal
selera tentunya kembali ke cita rasa masing-masing.
Selain itu, saya juga
melihat bahwa warung mbah Darmo ini ternyata dilengkapi juga dengan sebuah bar yang
melayani pengunjung yang ingin memesan kopi. Di Meja bar nampak ada 8 toples
gelas yang berisi aneka biji kopi, baik Robusta maupun Arabika. Malam itu saya tidak terlalu perhatian dengan
sekeliling apalagi bertanya soal resto, karena waktunya sangat terbatas dan
juga jam sudah menunjukkan hampir pukul 22.30, waktu bagi resto untuk segera ditutup. (Juni 2019)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar