Tujuan saya
kali ini adalah ke Sidoarjo, kota di sebelah selatan Surabaya, ini kali pertama
saya ke Sidoarjo, itupun karena mendapatkan tugas untuk menghadiri suatu
pameran yang berlangsung selama dua hari yang bertempat di halaman parkir
Stadion Sidoarjo. Karena dadakan tentu saja tidak siap dengan pemesanan
akomodasi di Sidoarjo, dan terpaksa harus mencari penginapan di Surabaya.
Paginya setelah bermalam di Surabaya saya dan seorang teman langsung meluncur
ke Sidoarjo untuk mengikuti kegiatan pameran.
Ketika siang
makin mendekat dan perut juga sudah merasa harus diisi, saya dan dua rekan
lainnya keluar tempat acara dan mencari makanan yang sesuai dengan selera.
Teman saya memutuskan untuk memesan rujak cingur yang kebetulan dijajakan di
deretan warung-warung dadakan di seputar tempat acara. Saya ditawari apakah
juga berminat untuk makan siang dengan rujak cingur ? Ya, kataku setelah
berfikir sejenak, kenapa tidak mencoba masakan khas Surabaya ini, mumpung masih
di Sidoarjo.
Meskipun makan di warung dadakan seperti ini, saya
tetap menikmati rujak cingur bersama-sama, sambil mengingat-ingat apakah
rasanya beda atau tidak dengan rujak cingur yang di Jakarta. Ternyata sulit
bagi saya untuk mengingat rasa dan membedakan mana yang lebih enak, semuanya
enak kataku sambil menggigit cingur perlahan.
kalau biasanya makan rujak cingur di jakarta, saya hanya terima yang sudah siap saji, kali ini saya bisa langsung melihat, apa saja yang dibutuhkan untuk membuat rujak cingur ? disitu terlihat ada kacang, cabai dan juga petis serta bumbu-bumbu lainnya yang diuleg seperti bumbu gado-gado. Selain itu ada beberapa jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, tahu, kentang dan tentunya ada juga cingurnya atau daging dari cingur sapi. Memesan rujak cingur tidak membutuhkan waktu yang lama, untuk menunggu pesanan, cukup sekitar 10 menit pesanan sudah tersedia. Sambil makan, teman disebelahpun berbisik, “besok kita makan rujak cingur lagi ya, tapi di tempat yang berbeda. Karena nginapnya di Surabaya, besok kita wisata kuliner di daerah genteng, katanya. OK lah kalau begitu, kita mencoba rujak cingur dengan formula yang lain. (Juni 2015)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar